Minggu, 24 November 2013
Rabu, 07 September 2011
TEKNIK SIPIL UNJ
PROFIL JURUSAN TEKNIK SIPIL UNJ
Jurusan Teknik Sipil merupakan salah satu jurusan yang terdapat di Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta (FT-UNJ). Jurusan menyiapkan manusia untuk menjadi sumber daya yang kompeten dan profesional di bidang pendidikan maupun non kependidikan. Dibidang pendidikan, lulusan Jurusan Teknik Sipil bekerja sebagai tenaga pengajar (Guru) dan Instruktur. Dibidang non kependidikan, bekerja sebagai konsultan dan kontraktor jasa kontruksi serta bekerja dilingkungan jasa transportasi dan logistik
Saat ini Jurusan Teknik Sipil mempunyai tiga program studi:
1. Pendidikan Teknik Sipil
Dengan Gelar lulusan Program Studi Pendidikan Teknik Sipil adalah Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
2. Teknik Sipil (D3)
Dengan Gelar Lulusan Program Studi Teknik Sipil adalah Ahli Madya (A.Md).
3. Transportasi (D3)
Gelar lulusan Program Studi Transportasi adalah Ahli Madya (A.Md).
atau bisa dilihat di
Selasa, 21 Juni 2011
Selamat Jalan Eka
“Ekaaaaaa,” ya pagi inipun tidurku kembali terusik akan kecelakaan itu.
“ Pagi sayang, mimpi lagi kamu?”, sapa mama saat aku keluar dari kamar.
“emmmmmm,” jawabku sambil mengangkat bahu.
“ Nury sayang, sudah waktunya kamu melupakan Eka. Biarkan dia tenang di sana. Dia pasti juga sedih kalo kamu masih trus mengingat tentang dia. Oia, pagi ini kamu ada janji kan dengan dokter Dina?”
Emm, ya sekarang hari Rabu y? Jadwalku untuk konsul dengan dokter Dina. “ Mah, untuk hari ini aku mau izin ga ke dokter Dina y? aku mau jenguk Eka, Ya Mah yaaa?.”
“ENGGAK,” “tapi mah, aku mau…”
“sekali mama bilang enggak y enggak. Kamu harus tetep ke dokter Dina. Bahkan kalo perlu mama ynag anterin kamu.”.
“ Mama egois,” jawabku sambil berlari ke kamar.
“Nuryyyy…” panggil mama tapi aku tetap berlari ke kamar. Di kamar aku membanting pintu dan menjatuhkan diriku ke tempat tidur ku sambil memeluk boneka Piglet ku.
“ Mama jahat, mama ga ngertiin aku, mama ga sayang sama Nury. Mama EGOIS, aku bukan anak KECIL lagi” teriakku histeris dari kamar.
“ Kasian Eka mah, hari ini dia ulang tahun. Dia pasti kesepian. Dia butuh aku, dia minta aku nemenin dia makannya dia dateng ke mimpi aku semalem, dia mau aku dating buat ngerayain ulang tahun dia kaya biasanya, aku bukan anak kecil lagi mah. Aku udah gede” teriakku dalam hati.
Ya aku dianggap seperti anak kecil lagi sejak kejadian itu. Tak pernah sekalipun aku di ijinkan keluar sendirian. Aku seperti putri pingitan.
******___________******
Eka adalah tetanggaku, rumah kami yang berdekatan membuat kami sangat akrab. Dia adalah sahabat, kakak dan kekasih yang baik
Dia tak pernah sekalipun membiarkanku menangis sedih. Dia selalu hadir dalam senyumku. Tapi semua kebahagiaan itu berakhir, ketika dengan tiba-tibanya Tuhan mengambil Eka dari ku.
Yaaa, kecelakaan dua tahun lalu kembali teringat lagi dalam ingatanku.
Saat itu aku dan Eka sedang di taman di dekat rumah ku. Di sanalah tempat kami biasa menghabiskan waktu bersama. Bermain, belajar, menyanyi dan bercerita. Tak pernah seharipun kami melewatkan waktu untuk tak ke sana kecuali saat kami sedang marahan.
Pagi itu Eka menjemputku karna kami ada janji untuk lari pagi, ya hari itu hari minggu. Bertepatan dengan hari ulang tahunku. Aku yang memang malas untuk keluar bangun pagi dipaksanya untuk ikut lari pagi bersamanya.
Dokdokdok, krekkk, bunyi pintu kamarkuku di buka.
“ Ayoo bangun putri tidur, udah jam berapa ini. Katanya mau nemenin aku lari pagi hari ini?”, kata Eka sambil membuka jendela kamarku.
“ Ekaa apaan sih, aku masih ngantuk. Tutup ah jendelanya.”, teriakku sambil menarik selimut sampai kewajahku.
“ Eittt, nyonya Eka udah cukup ya tidurnya. Sekarang waktunya kamu cuci muka, gosok gigi, ganti baju trus kita lari pagi, ayoo.”, katanya sambil menarik selimutku.
“ Gendoooong,” mintaku manja.
“ Ihhh masa kalah ma Rio, dia aja kalo ke kamar mandi sendiri. Udah ayo cepetan. Nanti pas kamu mandi aku siapin sarapan special buat kamu.”, jawabnya menanggapi kemanjaanku.
“ Huft, iya deh iya..” gerutuku sambil menyambar handuk yang tergantung di pintu kamarku dan langsung menuju ke kamar mandi.
“ Beneran ga mandi kamu?”, tanyanya menggodaku.
“ Ihhh kan kata kamu aku disuruh cepet-cepet. Emmm, mama papa kemana?”, tanyaku sambil mengambil air di dingin di kulkas.
“ Oh, om dan tante tadi katanya mau ke rumah tante Mila. Emang mereka belum ngomong ke kamu?”
“ Kayanya si belum, eh udah apa belum ya? Hahahahaha”.
“ Dasar kamu, masih SMA aja udah pikun. Gimana nanti kalo udah jadi nenek-nenek? Bisa-bisa lupa tuh kalo aku suaminya. Hahahaha. Ya udah ayo kita makan.”
“ yeee siapa juga yang mau nikah sama kamu? Wee, Hahahaha.”, jawabku sekenanya.
“ Ohhhhh, jadi gitu? Ohhhh, ckckckck”
“ Hahahaha, kamu mah dibawa serius, aku kan becanda. Emm, ngomong-ngomong enak juga masakan kamu. Nanti kamu aja ya yang tiap hari masak, nyuci baju dan ngurusin rumah. Nanti biar aku aja yang kerja. Hahahaha.”, jawabku asal.
Pagi ini kami menghabiskan waktu sarapan dengan harapan-harapan jauh tentang masa depan kami. Seperti kami tidak akan berpisah selamanya. Itulah harapan kami.
Setelah sarapan habis kamipun langsung bersiap menuju ke taman.
“ Silahkan nyonya Eka.”, katanya sambil membungkukan badan dan membuka pintu.
“ Terima kasih tuan Eka, jadi berasa putri. hehehehehe”. Ku berikan senyum termanisku untuknya .
“ Kita balapan yuk sampe taman.”
“ Enggak mau,” aku langsung protes. “Kamu kan atlet lari di sekolah. Tapi aku? Aku kan terkenal paling lelet kalo lari.” Jawabku sambil cemberut. Yaa dia adalah atlet lari di sekolahku, sudah banyak piala yang dia sumbangkan untuk sekolah. Dia adalah kebanggan sekolahku, selain prestasi dibidang olahraga dia juga berprestasi dibidang akademik. Dia selalu jadi juara di sekolah kami, sedangkan aku? Masuk IPA saja sudah merupakan anugrah.
“ Heiii, kenapa kamu? Mikirin apa? Aku yaaa? Hahahaha”, tanya Eka mengagetkanku.
“ ihhh PD banget kamu. Hahaha. Tungguin dong.”, jawabku sambil mengejarnya yang telah lari cukup jauh.
Tak terasa, tibalah kami di taman.
“ Ry, bentar ya. Aku ke kamar mandi dulu.”
“ Hmm, iya. Jangan lama-lama. Aku males sendirian di sini.”
“ Iyaaa.” jawabnya sambil melangkah pergi meninggalkanku.
Suasana taman pagi itu tidak ada yang istimewa, sama seperti hari minggu biasanya. Banyak orang-orang yang datang ke sini untuk lari pagi atau hanya sekedar jalanjalan saja.
“ Lama banget si Eka, katanya Cuma bentar.”, gerutuku dalam hati sambil memasang MP3. Mendengarkan lagu Hari Bersamanya,
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
Lagu ini adalah lagu kesukaan kami. Banyak kenangan kami bersama dengan lagu ini. Ketika sedang mendengarkan lagu, ada suara yang aku kenal memanggil namaku.
“ Pagiii ka Nuly.”, sapa Elan. Dia adalah anak tetanggaku,tante Iti. Dia tinggal hanya berdua dengan ibunya karna ayahnya bekerja di pertambangan dan pulang hanya setahun sekali.
Ell, begitulah biasanya kami memanggilnya. Ell sangat dekat denganku, dia sering ikut aku dan Eka ketika kami pergi jalan-jalan.
“ Anggep aja El anak kita y Ry. Itung-itung belajar kalo kita punya anak nanti. Hehehehe”, katanya dua bulan lalu saat kami dan Ell pergi jalan-jalan ke Ancol. Begitulah Eka, fikirannya sudah jauh kedepan.
“ Kakak, qo diem sii? Mikilin ka Eka y?”, Tanya Ell polos menyadarkanku dari lamunanku..
“ Ehh, Pagiii juga Ell cantik, ga qo, tadi kakak lagi mikir qo kamu sendirian di sini? Mama mana sayang?”, tanyaku karna hanya melihatnya sendirian di taman.
“ Emmm, tuh mama ka.”, katanya sambil menunjuk ke arah belakangku. Matakupun mengikuti ke arah tangannya menunjuk. Ternyata di belakangku sudah ada mama, papa, tante iti, om tante pras ( orang tua Eka) dan tentu saja Eka.
“ HAPPY BIRTHDAY NURY,
HAPPY BIRTHDAY NURY,
HAPPY BIRTHDAY,
HAPPY BIRTHDAY,
HAPPY BIRTHDAY NURYYY.”, nyanyi mereka mengagetkanku.
“ Tiup dong sayang lilinnya.”, kata mama. “ oia sebelumnya make a wish dulu yaa.”
“ y Tuhan aku harap kebahagiaan ini akan selalu ada. Tahun depan aku lulus dan aku dan Eka bersama selamanya. Amin.”, pintaku dalam hati.
“ Huftt…”
“ Yeeeeee…”
Prokprokprok, tepuk tangan yang aku dengar setelah itu. Bukan hanya dari keluargaku, tapi juga dari orang-orang di taman yang ikut melihatku.
“ Selamat ulang tahun ya, semoga kamu makin pinter dan nurut sama mama papa. Lulus UN dan dapet PTN. Aminnn. Amin. Kadonya nyusul ya.”, papa ,memberikan selamat padaku.
“ iyaaa pa, loh bukannya mama papa pergi ke rumah tante Mila?. Tanyaku yang bingung karna papa dan mama ada di taman sekarang.
“ Ohh, itu sih idenya Eka. Katanya supaya kamu mikir kalo mama papa lupa sama ulang tahun kamu.”, jawab mama “ Happy birthday ya sayang. Semoga kamu ga jadi anak manja lagi yaaa, kasian Eka tiap hari nagdepin manjanya kamu. Hehehe” kata mama sambil melirik Eka yang sedang senyum-senyum ga jelas.
“ Iya mama ku, tapi aku kan aku ga manja mah, Cuma ga mau ngalah aja. Hehehe.”, balasku membela diri sambil berlari menuju tante Iti, Om dan tante Pras. Setelah menerima selamat dari mereka, akupun menuju ke Eka dengan muka cemberut.
“ Qo cemberut? Ga suka ya ma surprisenya? Yah, aku gagal dong.”, sekarang gentian Eka yang memasang wajah murung.
“ Emmm, gimana ya?”, jawabku menggodanya. “ Hehehehe, mukanya biasa aja dong, aku suka banget qo. Makasih yaaa sayang .”
“ Syukur deh kalo gitu. Y udah potong kuenya yuk, mama ku loh yang bikin.”, ajak Eka sambil menggenggam tanganku mengajakku ke para orang tua.
“ ini beneran tante yang buat? Makasih ya tante. Jadi enak. Hehehe.”
Saat aku memotong kue Eka bilang kepadaku mau mengambil sesuatu karna ada yang ketinggalan.
“ bentar ya Ry, aku mau ke belakang bentar.”
“ Mau ngapain lagi si? Di sini aja dong. Aku ga mau kamu pergi sekarang.”, larangku.
“ Bentar sayang, aku mau ngambil kado buat kamu dulu. Emang kamu ga mau kado?”, katanya sambil merayuku.
“ Iya udah deh, tapi cepetan yaa. Keburu kuenya abis nanti. Hehehehe”
Ekapun berlari meninggalkan kami. Aku memberikan kue pertama kepada mama dan papa, kemudian om dan tante Pras, tante Iti dan Ell.
Ketika aku memotong kue untuk Eka, aku melihatnya melambaikan tangan di seberang taman sambil menggendong boneka Piglet yang aku inginkan di pasar malam satu bulan lalu.
“ Sini cepetan, nih kue buat kamu.”, teriakku sambil memperlihatkan kue di piring yang ada di genggamanku.
“ Iyaaaa,” balasnya sambil menyebrang tanpa melihat jalan.
“ Ka Eka awas!”, teriak Ell .
“ Aaaaaaaa,…..”, teriak Eka .
Berbarengan dengan teriakkan mereka jatuhlah Eka ke seberang jalan. Dia tertabrak mobil. Mobil yang menabraknya langsung kabur.
“ Ekaaa.”, teriak kami berbarengan sambil berlari ke arahnya.
“ Eka, Eka sayang. Bangun sayang bangun.”, teriak tante Pras ditengah-tengah tangisnya.
“ Eka, Eka bangun.”, teriakku. Aku panik melihat tubuh Eka yang penuh darah tetap memeluk boneka Piglet.
“ Mama, aku gapapa ko. Aku baik-baik aja. Percaya ya ma Eka. Eka Sayang mama dan papa.”
“ Nury, ini boneka buat kamu. Kamu mau ini kan?”, katanya lirih sambil menyerahkan boneka itu padaku. “ Kamu jaga baik-baik ya anggep aja ini aku. Kalo ada apa-apa cerita aja ke dia, dia akan selalu dengerin kamu. Dia ga akan ninggalin kamu. Ga kaya aku.”
“ kamu ngomong apaan sii? Kamu ga boleh ngomong gitu, kamu harus tetep disini, disamping aku.”, jawabku tanpa berhenti menangis.
“ Mah, aku titip Nury ya. Anggep dia kaya mama anggep aku. Relain aku ya mah, jangan nangis lagi.”
“ Ry, kamu mau janjikan ke aku?”. “ Janji apa?”
“Kamu harus tetep jadi Nury yang aku kenal, yang ceria, nurut sama mama papa kamu dan sering ke rumah aku.”
“ Iya, asal kamu janji kamu tetep ada disini.”
“ aku ga bisa. Aku mau, tapi aku ga bisa. Aku.. aku sayang kamu.”
Itulah kata terakhir yang aku denger dari dia.
“ Ka, Eka. Kamu becanda kan Ka? Bangun Ka.”, teriakku histeris. Setelah itu aku sudah tak ingat apapun lagi.
******____________******
Mataku begitu berat untuk ku buka. Aku mencoba pelan-pelan membuka mataku. Aku perhatikan sekelilingku, ini bukan kamarku.
“ Mah, aku dimana mah?”, tanyaku pada mama yang ada di sampingku.
“ Kamu di Rumah Sakit sayang, kamu tadi pingsan.”, jawab mama perlahan.
“ Eka, Eka mana mah? Gimana keadaannya?”, tanyaku saat teringat tentang peristiwa di taman tadi. Mama hanya diam. “ Ma gimana Eka? Aku mau ketemu dia.”, kataku beranjak dari tempat tidurku.
“ Nury, kamu istirahat dulu ya. Jangan ke sana dulu. Kamu di sini aja ya sayang.”, bujuk mama.
“ Ga mah, aku mau ketemu Eka.”, jawabku sambil mencabut infuse dan berlari meninggalkan mamaku.
“ Eka, kamu dimana?”, tanyaku dalam hati. Aku terus mencarinya sambil berdoa agar dia baik-baik saja, “ Yaa Allah, untuk hari ini saja. Di hari ulang tahunku. Izinkan Eka tetap ada di sini bersama dengan ku. Jangan ambil dia dariku ya Allah.”
Saat itu aku melihat papa. “ Pah, gimana Eka pah?”, tanyaku pada papa. Papa langsung memelukku, “Sabar ya sayang. Eka udah tenang di sana. Papanya tadi jemput dia.”
“ Ga, ga mungkin pah. Papa becanda kan pa?”, teriakku sambil memeluk papa. “ Eka tega pa, Eka jahat ma aku. Eka ninggalin aku.”
“ Udah ya sayang, kamu ke dalem. Liat Eka dan hibur tante pras.”, bujuk papa padaku.
“ Iyaa pah.”
“ Tante, yang sabar yaa. Ada Nury di sini. Eka ga mau liat tante nangis.”, bujukku ke tante Pras yang masih trus menangis.
“ PERGI kamu! Jangan pernah panggil saya tante. Karna kamu anak saya meninggal. PERGI kamu!”, teriakkan tante Pras mengagetkan aku.
“ Tapi tante, aku juga ga mau kaya gini. Aku juga ga mau Eka pergi ninggalin aku. Maafin aku tante.”, pintaku ke tante Pras.
“ PERGIIIIIII ! “
Dengan di bantu oleh mamaku aku pergi meninggalkan ruangan itu. Aku tak menyangka semua ini terjadi.
“ Mah, aku jahat ya? Aku penyebab Eka meninggal, aku seharusnya yang ada di situ. Bukan Eka. Aku sayang Eka mah.”
“ Sayang ini takdir, kamu jangan ngerasa bersalah. Ini bukan salah kamu.”
******____________******
Malam ini, aku sendirian. Biasanya setiap diantara kami ada yang berulang tahun kami akan menghabiskan waktu semalaman bersama. Tapi sekarang beda, aku sendirian. Dari rumah Eka aku mendengar lantunan ayat suci Al Qur’an. Meraka yang ada di rumah Eka sedang mendoakannya.
“ Aku mau ke sana Eka, aku mau aku ada di samping kamu. Nemenin kamu. Aku tau kamu pasti asing ma suasana di sana. Tapi aku takut. Aku takut sama mama kamu. Mama kamu marah banget ke aku. Aku tadi juga udah minta izin ke mama buat ke rumah kamu. Tapi kata mama aku lebih baik di rumah. Eka aku kangen kamu. Aku mau ketemu kamu.”, ucapku dalam hati. Air matakupun mengalir deras.
Malam ini aku tak bisa memejamkan mataku sedikitpun. Bayangan kebersamaan kami masih terlintas jelas di benakku.
Aku sayang Eka, Tuhan kejam, Tuhan telah mengambil senyumku, kebahagiaanku. Aku benci Tuhan, aku sangat membenci-Nya.
******____________******
Persahabatan kami dimulai sejak kepindahannya dan keluarganya kesamping rumah kami. Saat itu kami berdua berumur sepuluh tahun.
Eka adalah anak sulung dari empat bersaudara. Mereka adalah anak yatim, ayah Eka meninggal saat ia masih berumur tujuh tahun. Eka tak pernah sekalipun mau membahas tentang penyebab kematian ayahnya.
Saat pertama kali dia datang aku kira dia adalah anak yang angkuh. Walaupun setiap hari bertemu tak pernah sekalipun kami bertegur sapa.
Baru aku tau namanya Eka saat dia diperkenalkan oleh pak Didik sebagai murid pindahan dari Palembang.
“ Ohh, Palembang. Pantas saja dia jarang berbicara mungkin karna dia belum bisa bahasa Indonesia ya?”, tanyaku dalam hati waktu itu.
“ Ayo Eka perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu.”
“ Baik pak. Pa..pagii teman-teman”, katanya terbata.
“ Pagiiii Ekaaa.”, jawab teman-temanku serentak.
“ Emm, nama aku Eka Pras. Aku biasa dipanggil Eka. Aku pindahan dari Palembang. Salam kenal semuanya.”, katanya memperkenalkan diri.
“ Nury, itu bukannya tetangga baru kamu ya? Qo dia bisa sekolah di sini sih?”,Tanya tio temanku yang duduk di belakangku.
“ Iya, dia emang tetangga baru aku. Tapi emang kenapa kalo dia ada sekolah di sini? Gapapa kan?”, jawabku santai.
“ iya juga si, gapapa ya. Hehehehe.”, jawab Tio.
“ Nury.”, panggil pak Didik. “ Iya pak?” jawabku.”
“ Kamu duduk dengan Eka ya, dia tetangga kamu kan? Jadi kamu bias Bantu dia jika dia ketinggalan pelajaran.”. “ Baik pak.”
“ Eka kamu bisa duduk dengan Nury sekarang.”. “ Terima kasih pak.”
******____________******
“ Nury.”, sapaku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
“ Eka.”, jawabnya singkat sambil membalas uluran tanganku. Itulah untuk pertama kalinya kami berjabat tangan.
“ Kamu pindahan dari Palembang? Enak ga di sana? Dingin ga? Ama Jakarta enakkan mana?”, tanyaku tanpa henti. Eka melihatku dengan tatapan aneh.
“ Ups, kenapa? Aku cerewet ya? Maaf deh. Ga usah di jawab juga gapapa.”, kata ku tidak enak padanya.
“ Gapapa qo, maaf ya kalo aku diem aja. Abis aku bingung mau jawab apa. Kamu cepet banget ngomongnya. Hehehehe.” Untuk pertama kalinya juga aku melihat dia tersenyum. “ oh iya, aku pindahan dari palembang. Di sana enak, lebih enak dari di sini.”, jawabnya.
“ Ahh, kamu pasti boong. Kan enak tau di Jakarta. Nanti deh kamu aku ajak jalan-jalan sama mama papaku. Mau kan?”
“ Bener ya?”. “ Iya, janji degh aku.”.
Saat pulang sekolah, aku mengajak bareng Eka. “ Bareng aja yuk Ka, kan rumah kita tetanggaan.”
Sejak saat itu kami kemana-mana selalu bersama. Dimana ada Nury di situ pasti ada Eka. Setiap pulang sekolah kami selalu mampir ke taman yang berada diantara sekolah dan rumah kami. Kami menghabiskan waktu di sana untuk bermain dan belajar.
SD, SMP dan SMA kami selalu satu sekolah. Sebenarnya Eka mampu masuk sekolah Negri unggulan, namun karma aku tak mampu untuk masuk sekolah itu. Eka meminta izin kepada ibunya untuk bersekolah di sekolah yang sama denganku.
Eka adalah siswa yang terkenal di sekolah, dia banyak di kagumi perempuan di sekolahku. Termasuk ka Tya. Kakak kelasku. Ka Tya adalah orang cantik dan pintar. Dia sering dipasangkan dengan Eka dalam berbagai perlombaan cerdas cermat.
Suatu sore setelah pulang sekolah aku mampir ke taman bersama Eka.
“ Ry, aku mau cerita ma kamu. Tapi kamu jangan marah.”
“ Iya ka, mau cerita apa?”, tanyaku.
“ Janji dulu jangan marah!”
“ Iya Eka, mau cerita apaan sih?”, tanyaku balik.
“ Emm, tadi ka Tya ngomong kalo dia suka sama aku.”
“ Apa? Ka Tya suka sama kamu? Trus kamu?”, tanyaku penasaran.
“ Iyaaa, emm aku bingung. Ka Tya cantik, baik lagi ma aku.”
“ Ohh, jadi kamu juga suka sama dia? Ya udah terima aja.”
“ Gitu ya?”
“ IYA !”
“ Oh, ya udah.”, jawabnya.
Kamipun pulang dengan perasaan masing-masing. Ketika sampai depan rumah tanpa mengajaknya mampir aku langsung masuk ke rumah. Eka hanya melihatku diam.
******____________******
“ Eh Ry, lo udah denger belum kalo Eka selingkuh sama ka Tya?”, kata Nila kepadaku yang sedang mengerjakan PR.
“ Selingkuh? Emang Eka selingkuh dari siapa? Setau gue Eka ga pernah punya pacar deh. Tapi kalo sejarang dia jadian ma ka Tya ya syukur deh.”, jawabku acuh.
“ Ihh kan oonnya mulaikan. Ya dari lo lah. Lo ama dia kan pacaran. Iya kan?”, jawabnya.
“ apaan sih lo? Gue sama Eka itu Cuma sahabatan, ga lebih. Apa lagi pacaran. Jangan bikin gossip yang nggak-nggak deh lo La.”, jawabku sewot.
“ Jadi selama ini lo beneran ga pacaran? Tapi cara mandang kalian tuh beda, wah pasti ada apa-apa ya kalian. Kalian marahan? Berantem?”
“ NGGAK, udah ah gue mau ngerjain tugas si Bolay neh. Kalo ga selesaikan bisa bahaya. Huzzzhuzzzz.”, aku mengusir Nila. Tapi fikiran tentang Eka dan ka Tya ga bisa aku usir,.
“ Jadi Eka beneran jadian sama ka Tya?” aku memutuskan untuk berhenti mengerjakan tugasku. Akibatnya pak Fauzi menyuruhku keluar kelas karna tidak mengerjakan tugas.
Saat aku sedang menikmati hukumanku, tiba-tiba ada seseorang menarik tanganku dan membawaku ke gudang sekolah. Di sana aku melihat banyak kakak kelas perempuan dari seragamnya aku tahun kalo mereka kelas XII. Dan salah satu dari meraka ada wajah yang ga asing buat aku.
“ Ka Tya, ada apa ini? Apa salah aku?”, tanyaku ketakutan.
“ Lo pacarnya Eka?”, teriaknya di telingaku.
“ Aaaaaa.” Akupun teriak.
“ Jangan teriak. Jawab pertanyaan Tya.”, kata salah satu dari mereka dengan ketus.
“ Nggak ka, aku sama Eka Cuma sahabatan. Dia tetangga aku. Dan setau aku kakakkan pacaranya Eka.”
“ Oh, Cuma sahabat? Tapi lo suka sama dia?”
“ Eng .. enggak ka.”
“ Boong.”
“ Beneran ka.”
“ Oke, untuk kali ini lo gue maafin, tapi awas aja kalo lo sampe beneran suka sama Eka.”
“ I..iya ka. Makasih”
“ inget jangan ngomong ke siapapun tentang ini. Apalagi ke Eka. Ngerti Lo.”
“ Iya ka.”
Sejak saat itu hubunganku dengan Eka benar-benar hancur. Aku tak pernah lagi membalas smsnya, pulang bareng, apalagi ke taman. Tiap kali Eka datang ke rumah untuk mencariku, aku selalu meminta mama untuk berkata aku tak ada.
Tapi semakin aku mencoba menjauhi Eka, aku merasa ada yang hilang. Malam ini aku sedang mendengarkan lagu Hari Bersamamu, lagu yang paling sering kami nyanyikan di taman.
“ Udah tidur Ry? Mama boleh masuk?”, Tanya mama dari luar kamarku.
“ Belum ma, mama masuk aja. Ga aku kunci qo.”. “ kenapa mah?” tanyaku ketika mama duduk di sampingku.
“ mama tau kamu udah gede dan tau mana yang baik dan yang buruk buat kamu. Tapi mama Cuma mau tau. Kamu suka ya ma Eka?”
“ Loh, qo mama nanya gitu si? Y enggaklah ma, Eka kan sahabat aku dari kecil.”
“ Iya mama tau, tapi kan hati ga ngenal orang Ry. Dia emang sahabat kamu tapi kalo kamu suka wajar qo. Eka baik, pinter, rajin dan sopan. Iya kan?”
“ Iya si mah, tapi itu udah telat. Eka udah punya pacar. Aku udah ga boleh suka lagi sama dia.”
“ Qo kamu ngomong gitu? Emang kamu tau gimana perasaan Eka ke kamu? Ya udah deh, udah malem. Cepet tidur ya kamu. Besok sekoah. Jangan mikirin Eka trus. Heheheh .” canda mama sambil mematikan lampu kamarku.
“ Yeeee, mama. Iya mama cerewet. Aku langsung tidur qo.”, sahutku ke mama.
“ Apa bener ya Eka beneran suka sama aku? Tapi qo selama ini biasa aja ya? Masa aku juga suka sama dia? Dia kan sahabat aku. Apa pantes aku suka sama dia?”, fikirku dalam hati.
Jika aku menutup mata, bayangan yang aku lihat lihat adalah bayangan…. “Emmm, Eka? Loh qo? Ya Tuhaaan bener aku suka sama Eka. Tiap kali aku denger Eka sama ka Tya aku pasti sakit. Aku cemburu. Eka kenapa aku baru sadar aku suka kamu waktu kamu udah jadian sama ka Tya? Hikz.”, mala mini aku ga bisa tidur ngenang semua yang udah aku dan Eka lewatin.
******____________******
“ Ry, aku mau ngomong sama kamu.”, panggil Eka saat aku melangkah pergi menjauhinya. “Ry, tungguin aku.” Eka megang tangan aku.
“ Apaan si Ka? Kamu mau ngomong apaan? Aku lagi banyak tugas nih. Nanti aja di rumah ngomongnya.”, jawabku menolaknya.
“ Nggak, aku mau kita ngomong sekarang. Kalo di rumah kamu pasti ngindar kaya biasanya. Ayo ikut aku.”, kata Eka sambil menarik tanganku. Di seberang jalan, aku melihat ka Tya menatap kami sinis. “ Waduh gawat ini kalo dia marah lagi sama aku gimana?”, batinku dalam hati.
“ Eka, udah dong ga ada lagi yang bisa kita omongin. Aku bener-bener lagi banyak tugas nih.”, pintaku menghindar.
“ Aku minta waktu kamu lima belas menit aja, abis itu terserah kamu deh mau kaya gimana.”, pintanya.
“ iya udah eh, kamu mau ngomong apa? Aku dengerin.”
“ Kamu kenapa? Qo tiba-tiba jadi diemin aku? Aku ada salah apa sama kamu?”
“ Gapapa qo, aku Cuma ga mau aja ganggu kamu sama ka Tya.”, jawabku.
“ Ganggu apaan si Ry? Aku sama ka Tya ga ada apa-apaan. Kita Cuma temenan aja qo.”
“ Temenan? Ga usah boong deh, emang kamu kirain aku bodoh apa bisa kamu boongin kaya gitu?”, jawabku sewot.
“ Beneran Ry, aku emang sempet mikir buat nerima ka Tya jadi pacar aku. Tapi waktu aku diam, yang aku fikirin bukan dia. Yang aku inget bukan dia. Tapi kamu Ry.”
“ Loh, qo gitu? Kamu ngomong apaan si Ka? Aku ga ngerti deh.”, tanyaku bingung.
“ Aku sayang kamu Ry. Eka sayang Nury.”
“ Ha, apaan si Ka? Udah ah aku mau pulang.”
“ Ry, tunggu dulu. Aku belum selesai ngomong.”
“ mau ngomong apa lagi? Tadikan kamu udah ngomong. Kamu jahat Ka, kamu ngomong gitu saat kamu udah jadian sama ka Tya. Emang kamu fikir aku ini apa?”, teriakku pada Eka.
Eka langsung memelukku, “ Lepasin ka, kamu apa-apaan si. Ga enak diliatin sama orang.”
“ aku Cuma mau buktiin kalo aku sayang sama kamu. Aku ga pernah jadian sama ka Tya. Selama ini aku Cuma mau bantuin dia, dia minta tolong sama aku buat pura-pura jadi pacarnya dia. Aku ga mungkin nolak buat bantuin dia. Kamu ngerti kan Ry, please Ry percaya sama aku. Aku sayang sama kamu.”
“ Apa? Jadi selama ini Cuma pura-pura?”
“ Iya Nury, maaf ya. Aku ga sempet bilang sama kamu. Abis kamu langsung ngejauh dari aku gitu si. Maaf ya?”
“ hem, iya. Tapi kenapa ka Tya minta tolong kamu buat pura-pura jadi pacar dia?”
“wah, ga tau deh kalo soal itu, tapi kalo yang dia nembak aku itu beneran. Mungkin dia takut kali kalo temen-temennya tau seorang ka Tya ditolak sama anak kelas X. hehehehehe”
“ Ohh gitu. Hmmm.”
“ Iyaaa. Trus?”
“ Trus apa?”, tanyaku pada Eka.
“ yaa trus kamu sayang juga ga ke aku?”, tanya Eka padaku.
“ Ya iyalah aku sayang kamu, kamu kan sahabat aku.”
“ Ihhh, bukan itu yang aku maksud Nury. Kamu sayang aku ga? Aku boleh jadi pacar pertama kamu?”, tanya Eka sambil memasang wajah penuh harap.
“ Emmmmm,”
“ Ry jawab dong, jangan diem aja.”
“ Iya, kamu boleh jadi pacar pertama aku. Aku juga sayang sama kamu Eka.”, jawabku.
“ Haaa, iya benerankan Ry? Kamu ga becanda kan Ry?”
“ Kamu mau aku becanda?”
“ Nggak nggak, jadi mulai hari ini, jam ini, detik ini kita jadian ya Ry?”
“ Iyaaa.”
“ Yesss.” Eka berteriak sambil memelukku.
“ Eka apaan si? Malu tau diliatin orang.”
“ Gapapa, biar aja semua orang tau kalo aku punya kamu sekarang.”
“ihh norak. Hahahaha”
“ Biarin.”
Yaaaa, 5 Januari aku jadian sama Eka. Hari itu hari yang bersejarah buat kita berdua. Karna setelah enam tahun persahabatan kami berubah tingkat menjadi percintaan. Aku sayang kamu Eka.
******____________******
“ Eka, aku kangen kamu. Kenapa kamu tega ninggalin aku gini? Aku mau pergi sama kamu.”, batinku dalam hati.
“ Assalamu’alaikum.” Salam mama.
“ ma, gimana tante Pras? Dia masih marah sama Nury?”, tanyaku pada mama. “ aku boleh ya ma besok pergi nganterin Eka?” pintaku pada mama.
“ besok jangan dulu ya sayang, biarin tante Pras tenang dulu.”
“ tapi mahh” tak ku teruskan ucapanku.
“ Ayoo mama temenin tidur, udah malem banget.”. malam ini mama tidur di kamarku menemaniku tidur.
“ Ry, mama sama papa ke rumah Eka dulu ya. Kamu tidur aja lagi.”
“ Iya ma.”
Ketika mama telah menutup pintu, aku siap-siap ganti baju segera ke rumah Eka. Di depan rumah Eka aku melihat banyak teman-teman sekolah dan juga adik-adik Eka. Meraka melihatku dengan tatapan sinis.
“ Buat apa lo kesini? Ga bikin mama pingsan lagi? Pergi lo dari sini!” teriak Rya kepadaku. Rya adalah adik nomor dua Eka.
“ Tapi Ya, kakak Cuma mau liat ka Eka. Sebentar aja.”
“ Ga, lo ga boleh liat ka Eka. Pergi sekarang. Mulai sekarang lo ga boleh dateng ke sini lagi. Pergi.”
Akupun berlari tak tentu arah, saat aku sadar aku sudah ada di taman tempat biasa aku dan Eka bersama. “Eka, aku mau nyusul kamu.”.
Aku memutuskan untuk menyusul Eka, aku harus nemenin Eka. Aku ga mau aku sama Eka pisah.
Aku kembali ke rumah, mengambil pisau di dapur dan langsung menuju ke kamarku. “ Sebentar lagi kita akan bareng-bareng lagi Eka. Mah pah maafin aku ya. Aku saying mama papa tapi aku ga mau pisah sama Eka.”, batinku dalam hati. Dengan menguatkan diri aku mencoba memotong urat nadiku. Kurasakan sakit sangat yang teramat sangat di tanganku. Pelan ku dengar suara pintu kamarku di ketuk.
“ Ry, kamu gapapa kan? tadi mama dengerdari tante Iti kamu ke rumah Eka. Kamu gapapa kan sayang? Mama boleh masuk?”, mama yang baru pulang dari rumah Eka datang ke kamarku. “ Ry, kamu gapapa kan sayang? Ry?”
Karna tak ada jawaban dari kamar mama membuka pintu kamarku dan histeris ketika melihatku yang telah berlumuran darah.
“ Ry, nury kamuapaapan? Papa, Nury pa. panggilan ambulance Pah!”, perintah mama ke papa.
“ Ada apa mah?”, Tanya papa ketika sampai di kamarku.
“ Mah, aku sayang Eka mah.”, suaraku lirih.
******___________******
Dua tahun sejak percobaan bunuh diri pertamaku itu aku telah beberapa kali mencoba lagi untuk bunuh diri. “Aku ga bisa hidup tanpa Eka.”, itulah yang aku fikirkan.
Aku sempat juga di rawat ke Rumah Sakit Jiwa hingga satu tahun karna mama dan papaku takut aku melakukan hal yang membahayakan hidupku. Dan setelah itu aku dirasa membaik, mama dan papa memutuskan untuk merawatku sendirian. Meskipun begitu kadang aku masih sering berteriak histeris ketika bangun dari tidur karma memmpikan Eka.
Dua tahun ini merupakan masa-masa terberat dalam hidupku. Hubunganku dengan tante Praspun belum membaik. Ia hanya menjenguk ku sekali saat aku di Rumah Sakit. Itupun hanya dari luar kamar. Tante Pras sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk minta maaf, karma saat aku kembali dari rumah akit. Aku sudahpunya tetangga baru. Kata mama tante Pras dan adik-adik Eka pulang kampong ke Palembang.
******_____________******
“ Ry, mama boleh masuk?”, Tanya mama membuyarkan lamunanku.
“ emm, iya mah. Masuk aja.”
“ Maafin mama ya tadi mama ngelarang kamu buat jenguk Eka. Mama tau hari ini Eka ulang tahun kan. ya udah kamu boleh jenguk Eka, asal kamu mau janji satu hal ke mama.”
“ Bener mah? Janji apa?”< tanyaku penasaran.
“ Janji abis ini kamu jadi anak mama yang ceria lagi. Ga cengeng lagi. Eka juga ga mau liat kamu gini trus. Janji?”
“ Emmm, iya mah. Aku janji. Aku mau kembali lagi kaya dulu. Aku mau jadi Nury yang Eka sayang lagi. Aku sayang Eka mah. Makasih ya mah.” Ucapku sambil memeluk mama.
******___________******
“Eka, apa kabar kamu? Aku kangen kamu, tapi aku janji aku ga akan nangis lagi. Aku akan menuhin janji janji aku ke kamu. Aku akan adi Nury yang ceria. Happy Birthday ya Eka. Aku sayang kamu. Kamu tau ga? Akhirnya setelah beberapa lama mama ngijinin aku buat jenguk kamu di sini. Mama udah percaya lagi sama aku Ka. Kamu yang tenang ya di sana. Suatu saat nanti kita akan ketemu lagi. Tapi maaf aku belum bisa ketemu sama mama kamu.”, ucapku kepada Eka di makamnya.
Mulai hari itu akupun bertekad untuk berubah dan menjadikan masa laluku bersama Eka menjadi pemacu semangatku.
******____________******
“ Aku sayang kamu Eka, sahabat, kakak dan kekasihku ”
Pangesti A.
XII IPA 2
“ Pagi sayang, mimpi lagi kamu?”, sapa mama saat aku keluar dari kamar.
“emmmmmm,” jawabku sambil mengangkat bahu.
“ Nury sayang, sudah waktunya kamu melupakan Eka. Biarkan dia tenang di sana. Dia pasti juga sedih kalo kamu masih trus mengingat tentang dia. Oia, pagi ini kamu ada janji kan dengan dokter Dina?”
Emm, ya sekarang hari Rabu y? Jadwalku untuk konsul dengan dokter Dina. “ Mah, untuk hari ini aku mau izin ga ke dokter Dina y? aku mau jenguk Eka, Ya Mah yaaa?.”
“ENGGAK,” “tapi mah, aku mau…”
“sekali mama bilang enggak y enggak. Kamu harus tetep ke dokter Dina. Bahkan kalo perlu mama ynag anterin kamu.”.
“ Mama egois,” jawabku sambil berlari ke kamar.
“Nuryyyy…” panggil mama tapi aku tetap berlari ke kamar. Di kamar aku membanting pintu dan menjatuhkan diriku ke tempat tidur ku sambil memeluk boneka Piglet ku.
“ Mama jahat, mama ga ngertiin aku, mama ga sayang sama Nury. Mama EGOIS, aku bukan anak KECIL lagi” teriakku histeris dari kamar.
“ Kasian Eka mah, hari ini dia ulang tahun. Dia pasti kesepian. Dia butuh aku, dia minta aku nemenin dia makannya dia dateng ke mimpi aku semalem, dia mau aku dating buat ngerayain ulang tahun dia kaya biasanya, aku bukan anak kecil lagi mah. Aku udah gede” teriakku dalam hati.
Ya aku dianggap seperti anak kecil lagi sejak kejadian itu. Tak pernah sekalipun aku di ijinkan keluar sendirian. Aku seperti putri pingitan.
******___________******
Eka adalah tetanggaku, rumah kami yang berdekatan membuat kami sangat akrab. Dia adalah sahabat, kakak dan kekasih yang baik
Dia tak pernah sekalipun membiarkanku menangis sedih. Dia selalu hadir dalam senyumku. Tapi semua kebahagiaan itu berakhir, ketika dengan tiba-tibanya Tuhan mengambil Eka dari ku.
Yaaa, kecelakaan dua tahun lalu kembali teringat lagi dalam ingatanku.
Saat itu aku dan Eka sedang di taman di dekat rumah ku. Di sanalah tempat kami biasa menghabiskan waktu bersama. Bermain, belajar, menyanyi dan bercerita. Tak pernah seharipun kami melewatkan waktu untuk tak ke sana kecuali saat kami sedang marahan.
Pagi itu Eka menjemputku karna kami ada janji untuk lari pagi, ya hari itu hari minggu. Bertepatan dengan hari ulang tahunku. Aku yang memang malas untuk keluar bangun pagi dipaksanya untuk ikut lari pagi bersamanya.
Dokdokdok, krekkk, bunyi pintu kamarkuku di buka.
“ Ayoo bangun putri tidur, udah jam berapa ini. Katanya mau nemenin aku lari pagi hari ini?”, kata Eka sambil membuka jendela kamarku.
“ Ekaa apaan sih, aku masih ngantuk. Tutup ah jendelanya.”, teriakku sambil menarik selimut sampai kewajahku.
“ Eittt, nyonya Eka udah cukup ya tidurnya. Sekarang waktunya kamu cuci muka, gosok gigi, ganti baju trus kita lari pagi, ayoo.”, katanya sambil menarik selimutku.
“ Gendoooong,” mintaku manja.
“ Ihhh masa kalah ma Rio, dia aja kalo ke kamar mandi sendiri. Udah ayo cepetan. Nanti pas kamu mandi aku siapin sarapan special buat kamu.”, jawabnya menanggapi kemanjaanku.
“ Huft, iya deh iya..” gerutuku sambil menyambar handuk yang tergantung di pintu kamarku dan langsung menuju ke kamar mandi.
“ Beneran ga mandi kamu?”, tanyanya menggodaku.
“ Ihhh kan kata kamu aku disuruh cepet-cepet. Emmm, mama papa kemana?”, tanyaku sambil mengambil air di dingin di kulkas.
“ Oh, om dan tante tadi katanya mau ke rumah tante Mila. Emang mereka belum ngomong ke kamu?”
“ Kayanya si belum, eh udah apa belum ya? Hahahahaha”.
“ Dasar kamu, masih SMA aja udah pikun. Gimana nanti kalo udah jadi nenek-nenek? Bisa-bisa lupa tuh kalo aku suaminya. Hahahaha. Ya udah ayo kita makan.”
“ yeee siapa juga yang mau nikah sama kamu? Wee, Hahahaha.”, jawabku sekenanya.
“ Ohhhhh, jadi gitu? Ohhhh, ckckckck”
“ Hahahaha, kamu mah dibawa serius, aku kan becanda. Emm, ngomong-ngomong enak juga masakan kamu. Nanti kamu aja ya yang tiap hari masak, nyuci baju dan ngurusin rumah. Nanti biar aku aja yang kerja. Hahahaha.”, jawabku asal.
Pagi ini kami menghabiskan waktu sarapan dengan harapan-harapan jauh tentang masa depan kami. Seperti kami tidak akan berpisah selamanya. Itulah harapan kami.
Setelah sarapan habis kamipun langsung bersiap menuju ke taman.
“ Silahkan nyonya Eka.”, katanya sambil membungkukan badan dan membuka pintu.
“ Terima kasih tuan Eka, jadi berasa putri. hehehehehe”. Ku berikan senyum termanisku untuknya .
“ Kita balapan yuk sampe taman.”
“ Enggak mau,” aku langsung protes. “Kamu kan atlet lari di sekolah. Tapi aku? Aku kan terkenal paling lelet kalo lari.” Jawabku sambil cemberut. Yaa dia adalah atlet lari di sekolahku, sudah banyak piala yang dia sumbangkan untuk sekolah. Dia adalah kebanggan sekolahku, selain prestasi dibidang olahraga dia juga berprestasi dibidang akademik. Dia selalu jadi juara di sekolah kami, sedangkan aku? Masuk IPA saja sudah merupakan anugrah.
“ Heiii, kenapa kamu? Mikirin apa? Aku yaaa? Hahahaha”, tanya Eka mengagetkanku.
“ ihhh PD banget kamu. Hahaha. Tungguin dong.”, jawabku sambil mengejarnya yang telah lari cukup jauh.
Tak terasa, tibalah kami di taman.
“ Ry, bentar ya. Aku ke kamar mandi dulu.”
“ Hmm, iya. Jangan lama-lama. Aku males sendirian di sini.”
“ Iyaaa.” jawabnya sambil melangkah pergi meninggalkanku.
Suasana taman pagi itu tidak ada yang istimewa, sama seperti hari minggu biasanya. Banyak orang-orang yang datang ke sini untuk lari pagi atau hanya sekedar jalanjalan saja.
“ Lama banget si Eka, katanya Cuma bentar.”, gerutuku dalam hati sambil memasang MP3. Mendengarkan lagu Hari Bersamanya,
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
Lagu ini adalah lagu kesukaan kami. Banyak kenangan kami bersama dengan lagu ini. Ketika sedang mendengarkan lagu, ada suara yang aku kenal memanggil namaku.
“ Pagiii ka Nuly.”, sapa Elan. Dia adalah anak tetanggaku,tante Iti. Dia tinggal hanya berdua dengan ibunya karna ayahnya bekerja di pertambangan dan pulang hanya setahun sekali.
Ell, begitulah biasanya kami memanggilnya. Ell sangat dekat denganku, dia sering ikut aku dan Eka ketika kami pergi jalan-jalan.
“ Anggep aja El anak kita y Ry. Itung-itung belajar kalo kita punya anak nanti. Hehehehe”, katanya dua bulan lalu saat kami dan Ell pergi jalan-jalan ke Ancol. Begitulah Eka, fikirannya sudah jauh kedepan.
“ Kakak, qo diem sii? Mikilin ka Eka y?”, Tanya Ell polos menyadarkanku dari lamunanku..
“ Ehh, Pagiii juga Ell cantik, ga qo, tadi kakak lagi mikir qo kamu sendirian di sini? Mama mana sayang?”, tanyaku karna hanya melihatnya sendirian di taman.
“ Emmm, tuh mama ka.”, katanya sambil menunjuk ke arah belakangku. Matakupun mengikuti ke arah tangannya menunjuk. Ternyata di belakangku sudah ada mama, papa, tante iti, om tante pras ( orang tua Eka) dan tentu saja Eka.
“ HAPPY BIRTHDAY NURY,
HAPPY BIRTHDAY NURY,
HAPPY BIRTHDAY,
HAPPY BIRTHDAY,
HAPPY BIRTHDAY NURYYY.”, nyanyi mereka mengagetkanku.
“ Tiup dong sayang lilinnya.”, kata mama. “ oia sebelumnya make a wish dulu yaa.”
“ y Tuhan aku harap kebahagiaan ini akan selalu ada. Tahun depan aku lulus dan aku dan Eka bersama selamanya. Amin.”, pintaku dalam hati.
“ Huftt…”
“ Yeeeeee…”
Prokprokprok, tepuk tangan yang aku dengar setelah itu. Bukan hanya dari keluargaku, tapi juga dari orang-orang di taman yang ikut melihatku.
“ Selamat ulang tahun ya, semoga kamu makin pinter dan nurut sama mama papa. Lulus UN dan dapet PTN. Aminnn. Amin. Kadonya nyusul ya.”, papa ,memberikan selamat padaku.
“ iyaaa pa, loh bukannya mama papa pergi ke rumah tante Mila?. Tanyaku yang bingung karna papa dan mama ada di taman sekarang.
“ Ohh, itu sih idenya Eka. Katanya supaya kamu mikir kalo mama papa lupa sama ulang tahun kamu.”, jawab mama “ Happy birthday ya sayang. Semoga kamu ga jadi anak manja lagi yaaa, kasian Eka tiap hari nagdepin manjanya kamu. Hehehe” kata mama sambil melirik Eka yang sedang senyum-senyum ga jelas.
“ Iya mama ku, tapi aku kan aku ga manja mah, Cuma ga mau ngalah aja. Hehehe.”, balasku membela diri sambil berlari menuju tante Iti, Om dan tante Pras. Setelah menerima selamat dari mereka, akupun menuju ke Eka dengan muka cemberut.
“ Qo cemberut? Ga suka ya ma surprisenya? Yah, aku gagal dong.”, sekarang gentian Eka yang memasang wajah murung.
“ Emmm, gimana ya?”, jawabku menggodanya. “ Hehehehe, mukanya biasa aja dong, aku suka banget qo. Makasih yaaa sayang .”
“ Syukur deh kalo gitu. Y udah potong kuenya yuk, mama ku loh yang bikin.”, ajak Eka sambil menggenggam tanganku mengajakku ke para orang tua.
“ ini beneran tante yang buat? Makasih ya tante. Jadi enak. Hehehe.”
Saat aku memotong kue Eka bilang kepadaku mau mengambil sesuatu karna ada yang ketinggalan.
“ bentar ya Ry, aku mau ke belakang bentar.”
“ Mau ngapain lagi si? Di sini aja dong. Aku ga mau kamu pergi sekarang.”, larangku.
“ Bentar sayang, aku mau ngambil kado buat kamu dulu. Emang kamu ga mau kado?”, katanya sambil merayuku.
“ Iya udah deh, tapi cepetan yaa. Keburu kuenya abis nanti. Hehehehe”
Ekapun berlari meninggalkan kami. Aku memberikan kue pertama kepada mama dan papa, kemudian om dan tante Pras, tante Iti dan Ell.
Ketika aku memotong kue untuk Eka, aku melihatnya melambaikan tangan di seberang taman sambil menggendong boneka Piglet yang aku inginkan di pasar malam satu bulan lalu.
“ Sini cepetan, nih kue buat kamu.”, teriakku sambil memperlihatkan kue di piring yang ada di genggamanku.
“ Iyaaaa,” balasnya sambil menyebrang tanpa melihat jalan.
“ Ka Eka awas!”, teriak Ell .
“ Aaaaaaaa,…..”, teriak Eka .
Berbarengan dengan teriakkan mereka jatuhlah Eka ke seberang jalan. Dia tertabrak mobil. Mobil yang menabraknya langsung kabur.
“ Ekaaa.”, teriak kami berbarengan sambil berlari ke arahnya.
“ Eka, Eka sayang. Bangun sayang bangun.”, teriak tante Pras ditengah-tengah tangisnya.
“ Eka, Eka bangun.”, teriakku. Aku panik melihat tubuh Eka yang penuh darah tetap memeluk boneka Piglet.
“ Mama, aku gapapa ko. Aku baik-baik aja. Percaya ya ma Eka. Eka Sayang mama dan papa.”
“ Nury, ini boneka buat kamu. Kamu mau ini kan?”, katanya lirih sambil menyerahkan boneka itu padaku. “ Kamu jaga baik-baik ya anggep aja ini aku. Kalo ada apa-apa cerita aja ke dia, dia akan selalu dengerin kamu. Dia ga akan ninggalin kamu. Ga kaya aku.”
“ kamu ngomong apaan sii? Kamu ga boleh ngomong gitu, kamu harus tetep disini, disamping aku.”, jawabku tanpa berhenti menangis.
“ Mah, aku titip Nury ya. Anggep dia kaya mama anggep aku. Relain aku ya mah, jangan nangis lagi.”
“ Ry, kamu mau janjikan ke aku?”. “ Janji apa?”
“Kamu harus tetep jadi Nury yang aku kenal, yang ceria, nurut sama mama papa kamu dan sering ke rumah aku.”
“ Iya, asal kamu janji kamu tetep ada disini.”
“ aku ga bisa. Aku mau, tapi aku ga bisa. Aku.. aku sayang kamu.”
Itulah kata terakhir yang aku denger dari dia.
“ Ka, Eka. Kamu becanda kan Ka? Bangun Ka.”, teriakku histeris. Setelah itu aku sudah tak ingat apapun lagi.
******____________******
Mataku begitu berat untuk ku buka. Aku mencoba pelan-pelan membuka mataku. Aku perhatikan sekelilingku, ini bukan kamarku.
“ Mah, aku dimana mah?”, tanyaku pada mama yang ada di sampingku.
“ Kamu di Rumah Sakit sayang, kamu tadi pingsan.”, jawab mama perlahan.
“ Eka, Eka mana mah? Gimana keadaannya?”, tanyaku saat teringat tentang peristiwa di taman tadi. Mama hanya diam. “ Ma gimana Eka? Aku mau ketemu dia.”, kataku beranjak dari tempat tidurku.
“ Nury, kamu istirahat dulu ya. Jangan ke sana dulu. Kamu di sini aja ya sayang.”, bujuk mama.
“ Ga mah, aku mau ketemu Eka.”, jawabku sambil mencabut infuse dan berlari meninggalkan mamaku.
“ Eka, kamu dimana?”, tanyaku dalam hati. Aku terus mencarinya sambil berdoa agar dia baik-baik saja, “ Yaa Allah, untuk hari ini saja. Di hari ulang tahunku. Izinkan Eka tetap ada di sini bersama dengan ku. Jangan ambil dia dariku ya Allah.”
Saat itu aku melihat papa. “ Pah, gimana Eka pah?”, tanyaku pada papa. Papa langsung memelukku, “Sabar ya sayang. Eka udah tenang di sana. Papanya tadi jemput dia.”
“ Ga, ga mungkin pah. Papa becanda kan pa?”, teriakku sambil memeluk papa. “ Eka tega pa, Eka jahat ma aku. Eka ninggalin aku.”
“ Udah ya sayang, kamu ke dalem. Liat Eka dan hibur tante pras.”, bujuk papa padaku.
“ Iyaa pah.”
“ Tante, yang sabar yaa. Ada Nury di sini. Eka ga mau liat tante nangis.”, bujukku ke tante Pras yang masih trus menangis.
“ PERGI kamu! Jangan pernah panggil saya tante. Karna kamu anak saya meninggal. PERGI kamu!”, teriakkan tante Pras mengagetkan aku.
“ Tapi tante, aku juga ga mau kaya gini. Aku juga ga mau Eka pergi ninggalin aku. Maafin aku tante.”, pintaku ke tante Pras.
“ PERGIIIIIII ! “
Dengan di bantu oleh mamaku aku pergi meninggalkan ruangan itu. Aku tak menyangka semua ini terjadi.
“ Mah, aku jahat ya? Aku penyebab Eka meninggal, aku seharusnya yang ada di situ. Bukan Eka. Aku sayang Eka mah.”
“ Sayang ini takdir, kamu jangan ngerasa bersalah. Ini bukan salah kamu.”
******____________******
Malam ini, aku sendirian. Biasanya setiap diantara kami ada yang berulang tahun kami akan menghabiskan waktu semalaman bersama. Tapi sekarang beda, aku sendirian. Dari rumah Eka aku mendengar lantunan ayat suci Al Qur’an. Meraka yang ada di rumah Eka sedang mendoakannya.
“ Aku mau ke sana Eka, aku mau aku ada di samping kamu. Nemenin kamu. Aku tau kamu pasti asing ma suasana di sana. Tapi aku takut. Aku takut sama mama kamu. Mama kamu marah banget ke aku. Aku tadi juga udah minta izin ke mama buat ke rumah kamu. Tapi kata mama aku lebih baik di rumah. Eka aku kangen kamu. Aku mau ketemu kamu.”, ucapku dalam hati. Air matakupun mengalir deras.
Malam ini aku tak bisa memejamkan mataku sedikitpun. Bayangan kebersamaan kami masih terlintas jelas di benakku.
Aku sayang Eka, Tuhan kejam, Tuhan telah mengambil senyumku, kebahagiaanku. Aku benci Tuhan, aku sangat membenci-Nya.
******____________******
Persahabatan kami dimulai sejak kepindahannya dan keluarganya kesamping rumah kami. Saat itu kami berdua berumur sepuluh tahun.
Eka adalah anak sulung dari empat bersaudara. Mereka adalah anak yatim, ayah Eka meninggal saat ia masih berumur tujuh tahun. Eka tak pernah sekalipun mau membahas tentang penyebab kematian ayahnya.
Saat pertama kali dia datang aku kira dia adalah anak yang angkuh. Walaupun setiap hari bertemu tak pernah sekalipun kami bertegur sapa.
Baru aku tau namanya Eka saat dia diperkenalkan oleh pak Didik sebagai murid pindahan dari Palembang.
“ Ohh, Palembang. Pantas saja dia jarang berbicara mungkin karna dia belum bisa bahasa Indonesia ya?”, tanyaku dalam hati waktu itu.
“ Ayo Eka perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu.”
“ Baik pak. Pa..pagii teman-teman”, katanya terbata.
“ Pagiiii Ekaaa.”, jawab teman-temanku serentak.
“ Emm, nama aku Eka Pras. Aku biasa dipanggil Eka. Aku pindahan dari Palembang. Salam kenal semuanya.”, katanya memperkenalkan diri.
“ Nury, itu bukannya tetangga baru kamu ya? Qo dia bisa sekolah di sini sih?”,Tanya tio temanku yang duduk di belakangku.
“ Iya, dia emang tetangga baru aku. Tapi emang kenapa kalo dia ada sekolah di sini? Gapapa kan?”, jawabku santai.
“ iya juga si, gapapa ya. Hehehehe.”, jawab Tio.
“ Nury.”, panggil pak Didik. “ Iya pak?” jawabku.”
“ Kamu duduk dengan Eka ya, dia tetangga kamu kan? Jadi kamu bias Bantu dia jika dia ketinggalan pelajaran.”. “ Baik pak.”
“ Eka kamu bisa duduk dengan Nury sekarang.”. “ Terima kasih pak.”
******____________******
“ Nury.”, sapaku memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
“ Eka.”, jawabnya singkat sambil membalas uluran tanganku. Itulah untuk pertama kalinya kami berjabat tangan.
“ Kamu pindahan dari Palembang? Enak ga di sana? Dingin ga? Ama Jakarta enakkan mana?”, tanyaku tanpa henti. Eka melihatku dengan tatapan aneh.
“ Ups, kenapa? Aku cerewet ya? Maaf deh. Ga usah di jawab juga gapapa.”, kata ku tidak enak padanya.
“ Gapapa qo, maaf ya kalo aku diem aja. Abis aku bingung mau jawab apa. Kamu cepet banget ngomongnya. Hehehehe.” Untuk pertama kalinya juga aku melihat dia tersenyum. “ oh iya, aku pindahan dari palembang. Di sana enak, lebih enak dari di sini.”, jawabnya.
“ Ahh, kamu pasti boong. Kan enak tau di Jakarta. Nanti deh kamu aku ajak jalan-jalan sama mama papaku. Mau kan?”
“ Bener ya?”. “ Iya, janji degh aku.”.
Saat pulang sekolah, aku mengajak bareng Eka. “ Bareng aja yuk Ka, kan rumah kita tetanggaan.”
Sejak saat itu kami kemana-mana selalu bersama. Dimana ada Nury di situ pasti ada Eka. Setiap pulang sekolah kami selalu mampir ke taman yang berada diantara sekolah dan rumah kami. Kami menghabiskan waktu di sana untuk bermain dan belajar.
SD, SMP dan SMA kami selalu satu sekolah. Sebenarnya Eka mampu masuk sekolah Negri unggulan, namun karma aku tak mampu untuk masuk sekolah itu. Eka meminta izin kepada ibunya untuk bersekolah di sekolah yang sama denganku.
Eka adalah siswa yang terkenal di sekolah, dia banyak di kagumi perempuan di sekolahku. Termasuk ka Tya. Kakak kelasku. Ka Tya adalah orang cantik dan pintar. Dia sering dipasangkan dengan Eka dalam berbagai perlombaan cerdas cermat.
Suatu sore setelah pulang sekolah aku mampir ke taman bersama Eka.
“ Ry, aku mau cerita ma kamu. Tapi kamu jangan marah.”
“ Iya ka, mau cerita apa?”, tanyaku.
“ Janji dulu jangan marah!”
“ Iya Eka, mau cerita apaan sih?”, tanyaku balik.
“ Emm, tadi ka Tya ngomong kalo dia suka sama aku.”
“ Apa? Ka Tya suka sama kamu? Trus kamu?”, tanyaku penasaran.
“ Iyaaa, emm aku bingung. Ka Tya cantik, baik lagi ma aku.”
“ Ohh, jadi kamu juga suka sama dia? Ya udah terima aja.”
“ Gitu ya?”
“ IYA !”
“ Oh, ya udah.”, jawabnya.
Kamipun pulang dengan perasaan masing-masing. Ketika sampai depan rumah tanpa mengajaknya mampir aku langsung masuk ke rumah. Eka hanya melihatku diam.
******____________******
“ Eh Ry, lo udah denger belum kalo Eka selingkuh sama ka Tya?”, kata Nila kepadaku yang sedang mengerjakan PR.
“ Selingkuh? Emang Eka selingkuh dari siapa? Setau gue Eka ga pernah punya pacar deh. Tapi kalo sejarang dia jadian ma ka Tya ya syukur deh.”, jawabku acuh.
“ Ihh kan oonnya mulaikan. Ya dari lo lah. Lo ama dia kan pacaran. Iya kan?”, jawabnya.
“ apaan sih lo? Gue sama Eka itu Cuma sahabatan, ga lebih. Apa lagi pacaran. Jangan bikin gossip yang nggak-nggak deh lo La.”, jawabku sewot.
“ Jadi selama ini lo beneran ga pacaran? Tapi cara mandang kalian tuh beda, wah pasti ada apa-apa ya kalian. Kalian marahan? Berantem?”
“ NGGAK, udah ah gue mau ngerjain tugas si Bolay neh. Kalo ga selesaikan bisa bahaya. Huzzzhuzzzz.”, aku mengusir Nila. Tapi fikiran tentang Eka dan ka Tya ga bisa aku usir,.
“ Jadi Eka beneran jadian sama ka Tya?” aku memutuskan untuk berhenti mengerjakan tugasku. Akibatnya pak Fauzi menyuruhku keluar kelas karna tidak mengerjakan tugas.
Saat aku sedang menikmati hukumanku, tiba-tiba ada seseorang menarik tanganku dan membawaku ke gudang sekolah. Di sana aku melihat banyak kakak kelas perempuan dari seragamnya aku tahun kalo mereka kelas XII. Dan salah satu dari meraka ada wajah yang ga asing buat aku.
“ Ka Tya, ada apa ini? Apa salah aku?”, tanyaku ketakutan.
“ Lo pacarnya Eka?”, teriaknya di telingaku.
“ Aaaaaa.” Akupun teriak.
“ Jangan teriak. Jawab pertanyaan Tya.”, kata salah satu dari mereka dengan ketus.
“ Nggak ka, aku sama Eka Cuma sahabatan. Dia tetangga aku. Dan setau aku kakakkan pacaranya Eka.”
“ Oh, Cuma sahabat? Tapi lo suka sama dia?”
“ Eng .. enggak ka.”
“ Boong.”
“ Beneran ka.”
“ Oke, untuk kali ini lo gue maafin, tapi awas aja kalo lo sampe beneran suka sama Eka.”
“ I..iya ka. Makasih”
“ inget jangan ngomong ke siapapun tentang ini. Apalagi ke Eka. Ngerti Lo.”
“ Iya ka.”
Sejak saat itu hubunganku dengan Eka benar-benar hancur. Aku tak pernah lagi membalas smsnya, pulang bareng, apalagi ke taman. Tiap kali Eka datang ke rumah untuk mencariku, aku selalu meminta mama untuk berkata aku tak ada.
Tapi semakin aku mencoba menjauhi Eka, aku merasa ada yang hilang. Malam ini aku sedang mendengarkan lagu Hari Bersamamu, lagu yang paling sering kami nyanyikan di taman.
“ Udah tidur Ry? Mama boleh masuk?”, Tanya mama dari luar kamarku.
“ Belum ma, mama masuk aja. Ga aku kunci qo.”. “ kenapa mah?” tanyaku ketika mama duduk di sampingku.
“ mama tau kamu udah gede dan tau mana yang baik dan yang buruk buat kamu. Tapi mama Cuma mau tau. Kamu suka ya ma Eka?”
“ Loh, qo mama nanya gitu si? Y enggaklah ma, Eka kan sahabat aku dari kecil.”
“ Iya mama tau, tapi kan hati ga ngenal orang Ry. Dia emang sahabat kamu tapi kalo kamu suka wajar qo. Eka baik, pinter, rajin dan sopan. Iya kan?”
“ Iya si mah, tapi itu udah telat. Eka udah punya pacar. Aku udah ga boleh suka lagi sama dia.”
“ Qo kamu ngomong gitu? Emang kamu tau gimana perasaan Eka ke kamu? Ya udah deh, udah malem. Cepet tidur ya kamu. Besok sekoah. Jangan mikirin Eka trus. Heheheh .” canda mama sambil mematikan lampu kamarku.
“ Yeeee, mama. Iya mama cerewet. Aku langsung tidur qo.”, sahutku ke mama.
“ Apa bener ya Eka beneran suka sama aku? Tapi qo selama ini biasa aja ya? Masa aku juga suka sama dia? Dia kan sahabat aku. Apa pantes aku suka sama dia?”, fikirku dalam hati.
Jika aku menutup mata, bayangan yang aku lihat lihat adalah bayangan…. “Emmm, Eka? Loh qo? Ya Tuhaaan bener aku suka sama Eka. Tiap kali aku denger Eka sama ka Tya aku pasti sakit. Aku cemburu. Eka kenapa aku baru sadar aku suka kamu waktu kamu udah jadian sama ka Tya? Hikz.”, mala mini aku ga bisa tidur ngenang semua yang udah aku dan Eka lewatin.
******____________******
“ Ry, aku mau ngomong sama kamu.”, panggil Eka saat aku melangkah pergi menjauhinya. “Ry, tungguin aku.” Eka megang tangan aku.
“ Apaan si Ka? Kamu mau ngomong apaan? Aku lagi banyak tugas nih. Nanti aja di rumah ngomongnya.”, jawabku menolaknya.
“ Nggak, aku mau kita ngomong sekarang. Kalo di rumah kamu pasti ngindar kaya biasanya. Ayo ikut aku.”, kata Eka sambil menarik tanganku. Di seberang jalan, aku melihat ka Tya menatap kami sinis. “ Waduh gawat ini kalo dia marah lagi sama aku gimana?”, batinku dalam hati.
“ Eka, udah dong ga ada lagi yang bisa kita omongin. Aku bener-bener lagi banyak tugas nih.”, pintaku menghindar.
“ Aku minta waktu kamu lima belas menit aja, abis itu terserah kamu deh mau kaya gimana.”, pintanya.
“ iya udah eh, kamu mau ngomong apa? Aku dengerin.”
“ Kamu kenapa? Qo tiba-tiba jadi diemin aku? Aku ada salah apa sama kamu?”
“ Gapapa qo, aku Cuma ga mau aja ganggu kamu sama ka Tya.”, jawabku.
“ Ganggu apaan si Ry? Aku sama ka Tya ga ada apa-apaan. Kita Cuma temenan aja qo.”
“ Temenan? Ga usah boong deh, emang kamu kirain aku bodoh apa bisa kamu boongin kaya gitu?”, jawabku sewot.
“ Beneran Ry, aku emang sempet mikir buat nerima ka Tya jadi pacar aku. Tapi waktu aku diam, yang aku fikirin bukan dia. Yang aku inget bukan dia. Tapi kamu Ry.”
“ Loh, qo gitu? Kamu ngomong apaan si Ka? Aku ga ngerti deh.”, tanyaku bingung.
“ Aku sayang kamu Ry. Eka sayang Nury.”
“ Ha, apaan si Ka? Udah ah aku mau pulang.”
“ Ry, tunggu dulu. Aku belum selesai ngomong.”
“ mau ngomong apa lagi? Tadikan kamu udah ngomong. Kamu jahat Ka, kamu ngomong gitu saat kamu udah jadian sama ka Tya. Emang kamu fikir aku ini apa?”, teriakku pada Eka.
Eka langsung memelukku, “ Lepasin ka, kamu apa-apaan si. Ga enak diliatin sama orang.”
“ aku Cuma mau buktiin kalo aku sayang sama kamu. Aku ga pernah jadian sama ka Tya. Selama ini aku Cuma mau bantuin dia, dia minta tolong sama aku buat pura-pura jadi pacarnya dia. Aku ga mungkin nolak buat bantuin dia. Kamu ngerti kan Ry, please Ry percaya sama aku. Aku sayang sama kamu.”
“ Apa? Jadi selama ini Cuma pura-pura?”
“ Iya Nury, maaf ya. Aku ga sempet bilang sama kamu. Abis kamu langsung ngejauh dari aku gitu si. Maaf ya?”
“ hem, iya. Tapi kenapa ka Tya minta tolong kamu buat pura-pura jadi pacar dia?”
“wah, ga tau deh kalo soal itu, tapi kalo yang dia nembak aku itu beneran. Mungkin dia takut kali kalo temen-temennya tau seorang ka Tya ditolak sama anak kelas X. hehehehehe”
“ Ohh gitu. Hmmm.”
“ Iyaaa. Trus?”
“ Trus apa?”, tanyaku pada Eka.
“ yaa trus kamu sayang juga ga ke aku?”, tanya Eka padaku.
“ Ya iyalah aku sayang kamu, kamu kan sahabat aku.”
“ Ihhh, bukan itu yang aku maksud Nury. Kamu sayang aku ga? Aku boleh jadi pacar pertama kamu?”, tanya Eka sambil memasang wajah penuh harap.
“ Emmmmm,”
“ Ry jawab dong, jangan diem aja.”
“ Iya, kamu boleh jadi pacar pertama aku. Aku juga sayang sama kamu Eka.”, jawabku.
“ Haaa, iya benerankan Ry? Kamu ga becanda kan Ry?”
“ Kamu mau aku becanda?”
“ Nggak nggak, jadi mulai hari ini, jam ini, detik ini kita jadian ya Ry?”
“ Iyaaa.”
“ Yesss.” Eka berteriak sambil memelukku.
“ Eka apaan si? Malu tau diliatin orang.”
“ Gapapa, biar aja semua orang tau kalo aku punya kamu sekarang.”
“ihh norak. Hahahaha”
“ Biarin.”
Yaaaa, 5 Januari aku jadian sama Eka. Hari itu hari yang bersejarah buat kita berdua. Karna setelah enam tahun persahabatan kami berubah tingkat menjadi percintaan. Aku sayang kamu Eka.
******____________******
“ Eka, aku kangen kamu. Kenapa kamu tega ninggalin aku gini? Aku mau pergi sama kamu.”, batinku dalam hati.
“ Assalamu’alaikum.” Salam mama.
“ ma, gimana tante Pras? Dia masih marah sama Nury?”, tanyaku pada mama. “ aku boleh ya ma besok pergi nganterin Eka?” pintaku pada mama.
“ besok jangan dulu ya sayang, biarin tante Pras tenang dulu.”
“ tapi mahh” tak ku teruskan ucapanku.
“ Ayoo mama temenin tidur, udah malem banget.”. malam ini mama tidur di kamarku menemaniku tidur.
“ Ry, mama sama papa ke rumah Eka dulu ya. Kamu tidur aja lagi.”
“ Iya ma.”
Ketika mama telah menutup pintu, aku siap-siap ganti baju segera ke rumah Eka. Di depan rumah Eka aku melihat banyak teman-teman sekolah dan juga adik-adik Eka. Meraka melihatku dengan tatapan sinis.
“ Buat apa lo kesini? Ga bikin mama pingsan lagi? Pergi lo dari sini!” teriak Rya kepadaku. Rya adalah adik nomor dua Eka.
“ Tapi Ya, kakak Cuma mau liat ka Eka. Sebentar aja.”
“ Ga, lo ga boleh liat ka Eka. Pergi sekarang. Mulai sekarang lo ga boleh dateng ke sini lagi. Pergi.”
Akupun berlari tak tentu arah, saat aku sadar aku sudah ada di taman tempat biasa aku dan Eka bersama. “Eka, aku mau nyusul kamu.”.
Aku memutuskan untuk menyusul Eka, aku harus nemenin Eka. Aku ga mau aku sama Eka pisah.
Aku kembali ke rumah, mengambil pisau di dapur dan langsung menuju ke kamarku. “ Sebentar lagi kita akan bareng-bareng lagi Eka. Mah pah maafin aku ya. Aku saying mama papa tapi aku ga mau pisah sama Eka.”, batinku dalam hati. Dengan menguatkan diri aku mencoba memotong urat nadiku. Kurasakan sakit sangat yang teramat sangat di tanganku. Pelan ku dengar suara pintu kamarku di ketuk.
“ Ry, kamu gapapa kan? tadi mama dengerdari tante Iti kamu ke rumah Eka. Kamu gapapa kan sayang? Mama boleh masuk?”, mama yang baru pulang dari rumah Eka datang ke kamarku. “ Ry, kamu gapapa kan sayang? Ry?”
Karna tak ada jawaban dari kamar mama membuka pintu kamarku dan histeris ketika melihatku yang telah berlumuran darah.
“ Ry, nury kamuapaapan? Papa, Nury pa. panggilan ambulance Pah!”, perintah mama ke papa.
“ Ada apa mah?”, Tanya papa ketika sampai di kamarku.
“ Mah, aku sayang Eka mah.”, suaraku lirih.
******___________******
Dua tahun sejak percobaan bunuh diri pertamaku itu aku telah beberapa kali mencoba lagi untuk bunuh diri. “Aku ga bisa hidup tanpa Eka.”, itulah yang aku fikirkan.
Aku sempat juga di rawat ke Rumah Sakit Jiwa hingga satu tahun karna mama dan papaku takut aku melakukan hal yang membahayakan hidupku. Dan setelah itu aku dirasa membaik, mama dan papa memutuskan untuk merawatku sendirian. Meskipun begitu kadang aku masih sering berteriak histeris ketika bangun dari tidur karma memmpikan Eka.
Dua tahun ini merupakan masa-masa terberat dalam hidupku. Hubunganku dengan tante Praspun belum membaik. Ia hanya menjenguk ku sekali saat aku di Rumah Sakit. Itupun hanya dari luar kamar. Tante Pras sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk minta maaf, karma saat aku kembali dari rumah akit. Aku sudahpunya tetangga baru. Kata mama tante Pras dan adik-adik Eka pulang kampong ke Palembang.
******_____________******
“ Ry, mama boleh masuk?”, Tanya mama membuyarkan lamunanku.
“ emm, iya mah. Masuk aja.”
“ Maafin mama ya tadi mama ngelarang kamu buat jenguk Eka. Mama tau hari ini Eka ulang tahun kan. ya udah kamu boleh jenguk Eka, asal kamu mau janji satu hal ke mama.”
“ Bener mah? Janji apa?”< tanyaku penasaran.
“ Janji abis ini kamu jadi anak mama yang ceria lagi. Ga cengeng lagi. Eka juga ga mau liat kamu gini trus. Janji?”
“ Emmm, iya mah. Aku janji. Aku mau kembali lagi kaya dulu. Aku mau jadi Nury yang Eka sayang lagi. Aku sayang Eka mah. Makasih ya mah.” Ucapku sambil memeluk mama.
******___________******
“Eka, apa kabar kamu? Aku kangen kamu, tapi aku janji aku ga akan nangis lagi. Aku akan menuhin janji janji aku ke kamu. Aku akan adi Nury yang ceria. Happy Birthday ya Eka. Aku sayang kamu. Kamu tau ga? Akhirnya setelah beberapa lama mama ngijinin aku buat jenguk kamu di sini. Mama udah percaya lagi sama aku Ka. Kamu yang tenang ya di sana. Suatu saat nanti kita akan ketemu lagi. Tapi maaf aku belum bisa ketemu sama mama kamu.”, ucapku kepada Eka di makamnya.
Mulai hari itu akupun bertekad untuk berubah dan menjadikan masa laluku bersama Eka menjadi pemacu semangatku.
******____________******
“ Aku sayang kamu Eka, sahabat, kakak dan kekasihku ”
Pangesti A.
XII IPA 2
Kamis, 10 Februari 2011
hanya satu pintaku
Hanya Satu Pintaku
Pangesti Arochmah
XII IPA 2
Aku bosan ibu hanya hidup berdua dengan ayah, kapan ibu pulang? Aku juga ingin merasakan kasih sayang seorang ibu seperti teman-temanku. Ibu, cepat pulang.
Ibuku saat ini sedang bekerja sebagai TKW di Hongkong. Ibu bekerja sebagai perawat bayi di sana. Ia terpaksa pergi jauh dari kami karena keadaan ekonomi keluarga kami saat itu tidak memungkinkan untuk tetap bertahan.
Krisis ekonomi 1998 telah merubah hidup keluarga kami. Ayah yang saat itu mempunyai usaha di Jakarta terkena dampak krisis tersebut dan memutuskan untuk membawa kami pulang ke kampung halamannya karena keadaan di Jakarta saat itu tidak aman dan tidak memungkinkan ladi untuk memulai usaha lagi. Beruntunglah karena ayah sempat membangun rumah di Malang sehingga kami ridak harus menumpang di rumah saudara.
Namun ternyata keadaan di Malang tidak berbeda jauh dengan di Jakarta, karena pada kenyataannya krisis telah menyebar keseluruh Indonesia. Di karenakan semua keadaan itulah ibu ku memutuskan untuk mencoba bekerja di Hongkong sebagai TKW. Sebenarnya ayah tidak mengijinkan ibu, namun ibu terus meyakinkan ayah karena ini demi kebaikan kami. Akhirnya ayahpun luluh dan mengijinkan ibu untuk meninggalkan kami.
Mei 2003 ibu berangkat ke Hongkong, sulit sebenarnya melepas ibu pergi. Karena aku tak pernah sedikitpun berpisah darinya. Hari-hari pertama tanpa ibu aku hanya diam, aku hanya dapat menangis saat merindukannya. Tapi aku mencoba untuk tetap tegar di depan ayahku, karena aku tahu, ayahlah yang paling kehilangan ibu.
Saat aku kelas 5 SD ayah memutuskan untuk kembali lagi ke Jakarta danMeninggalkanku di eumah nenek. Namun, setelah lulus SD ayah kembali dan membawaku ikut bersamanya. Di komunitas yang baru ini aku kurang nyaman dan merasa kesepian.
Hari berganti hari aku dan ayahku lewati tanpa ibu, tak terasa sudah delapan tahun ibu meninggalkan kami dan kami sudah terbiasa kini. Namun sebagai seorang remaja putri aku iri dengan teman-temanku. Karena saat mereka pulang ada ibu yang menyambut mereka, yang telah menyiapkan makan untuk mereka. Sementara aku? Saat aku pulang aku hanya menemukan rumah yang kosong karna ayah sedang bekerja. Ibu aku ingin engkau ada di sini sekarang. Melihatku, anakmu ini sudah besar sekarang. Anakmu sudah kelas 3 SMA sekarang. Hanya satu pintaku ibu, aku ingin ibu ada di sini saat aku Ujian Nasional nanti.
Pangesti Arochmah
XII IPA 2
Aku bosan ibu hanya hidup berdua dengan ayah, kapan ibu pulang? Aku juga ingin merasakan kasih sayang seorang ibu seperti teman-temanku. Ibu, cepat pulang.
Ibuku saat ini sedang bekerja sebagai TKW di Hongkong. Ibu bekerja sebagai perawat bayi di sana. Ia terpaksa pergi jauh dari kami karena keadaan ekonomi keluarga kami saat itu tidak memungkinkan untuk tetap bertahan.
Krisis ekonomi 1998 telah merubah hidup keluarga kami. Ayah yang saat itu mempunyai usaha di Jakarta terkena dampak krisis tersebut dan memutuskan untuk membawa kami pulang ke kampung halamannya karena keadaan di Jakarta saat itu tidak aman dan tidak memungkinkan ladi untuk memulai usaha lagi. Beruntunglah karena ayah sempat membangun rumah di Malang sehingga kami ridak harus menumpang di rumah saudara.
Namun ternyata keadaan di Malang tidak berbeda jauh dengan di Jakarta, karena pada kenyataannya krisis telah menyebar keseluruh Indonesia. Di karenakan semua keadaan itulah ibu ku memutuskan untuk mencoba bekerja di Hongkong sebagai TKW. Sebenarnya ayah tidak mengijinkan ibu, namun ibu terus meyakinkan ayah karena ini demi kebaikan kami. Akhirnya ayahpun luluh dan mengijinkan ibu untuk meninggalkan kami.
Mei 2003 ibu berangkat ke Hongkong, sulit sebenarnya melepas ibu pergi. Karena aku tak pernah sedikitpun berpisah darinya. Hari-hari pertama tanpa ibu aku hanya diam, aku hanya dapat menangis saat merindukannya. Tapi aku mencoba untuk tetap tegar di depan ayahku, karena aku tahu, ayahlah yang paling kehilangan ibu.
Saat aku kelas 5 SD ayah memutuskan untuk kembali lagi ke Jakarta danMeninggalkanku di eumah nenek. Namun, setelah lulus SD ayah kembali dan membawaku ikut bersamanya. Di komunitas yang baru ini aku kurang nyaman dan merasa kesepian.
Hari berganti hari aku dan ayahku lewati tanpa ibu, tak terasa sudah delapan tahun ibu meninggalkan kami dan kami sudah terbiasa kini. Namun sebagai seorang remaja putri aku iri dengan teman-temanku. Karena saat mereka pulang ada ibu yang menyambut mereka, yang telah menyiapkan makan untuk mereka. Sementara aku? Saat aku pulang aku hanya menemukan rumah yang kosong karna ayah sedang bekerja. Ibu aku ingin engkau ada di sini sekarang. Melihatku, anakmu ini sudah besar sekarang. Anakmu sudah kelas 3 SMA sekarang. Hanya satu pintaku ibu, aku ingin ibu ada di sini saat aku Ujian Nasional nanti.
Rabu, 16 Juli 2008. Di lapangan SMA N 50 Jakarta saat acara penutupan MOS tahun ajaran baru 2008/2009. Tiga hari setelah masa-masa suram bagi para murid baru akhirnya berakhir. Hari ini adalah hari penutupan MOS, acara hari ini adalah demo ekskul. Dimana para anggota ekskul memperkenalkan dan menarik para anggota baru. Dan saat itulah pertama kali aku melihat dia, seorang kakak kelas.
Saat pertama kali melihat dia
Saat pertama kali melihat dia
Selasa, 11 Januari 2011
tugas bahasa
THE UNIVERSITY of ADELAIDE
Living Life Impact
Since its establishment in 1874 the University of Adelaide has been amongst Australia's leading universities. Its contribution to the wealth and wellbeing of South Australia and Australia as a whole - across all fields of endeavour - has been enormous.
Studying at the University of Adelaide means being part of a rich tradition of excellence in education and research, with world-class academic staff and a vibrant student life.
Adelaide has a fine tradition of exemplary scholarship and ground-breaking research, and its unique relationship with industry and other organisations ensures that our research expertise is translated into tangible benefits for the global community.
Adelaide's research is at the leading edge of knowledge, with research earnings consistently the highest per capita of any university in Australia. Analysis of the impact of publications and citations shows that the University of Adelaide is ranked in the top 1% in the world in 11 research fields.
An innovative and forward-looking University, Adelaide has major strengths in wine and food, health sciences, biological sciences, physical sciences, information technology and telecommunications, environmental sciences and social sciences.
At the heart of the University's vision, achievement and impact is our commitment to excellence, our sense that a focus on the experience of the student is fundamental, and our belief that research intensity and innovative, high quality teaching have a symbiotic relationship that underpins and characterises the finest universities in the world.
We are committed to producing graduates recognised worldwide for their creativity, knowledge and skills, as well as their culture and tolerance. Our graduates make an impact on the world. Life Impact.
Mission
To be recognised internationally as a great research university and an Australian leader in research and teaching excellence, committed to the positive impact we can have on the lives of our students, staff and alumni as well as the local, national and international communities.
Welcome to our Faculties & Divisions
The University of Adelaide has a long tradition of both research and educational excellence. Since 1874, the University has played an important role nationally and internationally in a variety of research fields and in educating students from Australia and around the world.
We are a member of the Group of Eight - Australia's leading universities in teaching, research and scholarship.
Today, the University of Adelaide continues to deliver on quality of learning and teaching and service to its community. The University is organised into five academic Faculties and four administrative Divisions.
Faculties & Schools
[more information]
• Faculty of Engineering, Computer & Mathematical Sciences
• Faculty of Health Sciences
• Faculty of Humanities & Social Sciences
• Faculty of the Professions
• Faculty of Sciences
Divisional Heads
[more information]
• Vice-Chancellor & President
• Deputy Vice-Chancellor & Vice-President (Academic)
• Deputy Vice-Chancellor & Vice-President (Research)
• Vice-President (Services & Resources)
Research Structure
[more information]
• University Institutes
• University Centres
• National Centres
• Research Precincts
Under graduate program
2011
Engineering, Maths, and Computer Science
Computer Science | Engineering | Mathematical Sciences | Innovation and Entrepreneurship
Health Sciences
Dentistry and Oral Health | Health Sciences | Medicine | Nursing | Psychology
Humanities & Social Sciences
Arts | Development Studies | Environmental Policy and Management | Indigenous Programs | International Studies | Media | Music | Social Sciences
Sciences
Agriculture | Science
Professions
Architecture, Landscape Architecture, Urban Design | Business, Economics & Finance | Education | Law
RWTH Aachen University
Services and Contacts
Main Address
• RWTH Aachen University
Templergraben 55
52056 Aachen (mailing address)
Germany
• Phone: +49 241 80-1
• Fax: +49 241 80-22100
Maps and Directions
Getting to RWTH Aachen University
Adresses and Contacts
• Main Contacts
• RWTH CAMPUS Directory
• Emergency Numbers
• Telefax, Telex, Telegramme
• Web Officers
Online Services
• Dacor Cooperation Database
• Forms Database
• Job Search
• Service for Workshop Facilities
• Phone Enquiries
Faculties
F 1 - Faculty of Mathematics, Computer Science and Natural Sciences
• Faculty Profile
• Dean's Office - Professors
• Department of Biology
• Department of Chemistry
• Department of Computer Science
• Department of Mathematics
• Department of Physics
F 2 - Faculty of Architecture
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 3 - Faculty of Civil Engineering
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Departments, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 4 - Faculty of Mechanical Engineering
• Dean´s Office
• Institutes and Chairs, including Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 5 - Faculty of Georesources and Materials Engineering
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institute, Chairs, Research Areas
• Professors
F 6 - Faculty of Electrical Engineering and Information Technology
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 7 - Faculty of Arts and Humanities
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Departments, and other Institutions
• Professors
• (Faculty) Student Councils (Fachschaften)
F 8 - Faculty of Business and Economics
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 10 - Faculty of Medicine
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Clinical Departments
• Institutes
• Research and Teaching Divisions
• Professors
• (Faculty) Student Councils (Fachschaften)
Academic Programmes
Courses and Programmes
• Bachelor/Master Scheme
• Courses and Programmes
Undergraduate Studies
• Bachelor - Undergraduate Studies
• B.A. Bachelor of Arts
• B.Sc. Bachelor of Science
Graduate Studies
• Master - Graduate Studies
• Consecutive Master's Degree Programmes
• Non-Consecutive Master's Degree Programmes
• M.A. - Master of Arts
• M.Sc. - Master of Science
Postgraduate Studies - Doctorate
• Doctoral Studies
• Application to Doctoral Studies
• Recognition of International Degrees
• Center for Doctoral Studies
Online Application
• Undergraduate and German-taught Master's Programmes (link in German)
• International Master's Programmes
Leiden University
The first university in the Netherlands, founded 8 February 1575
Motto: Praesidium Libertatis, Bastion of Liberty
International research university
11 Research profile areas
13 Honours Classes
Pre-University College
Campus The Hague
Leiden University College The Hague
Member of the League of European Research Universities, a partnership with other prominent research universities
49 bachelor's programmes
95 master's programmes
18,026 students
3,938 staff
Faculties
Leiden University has 6 faculties, which are responsible for the principal tasks of the University, providing education and performing research:
• Archaeology
Undergraduate School (in Dutch)
Graduate School
• Humanities
o Leiden University Academy of Creative and Performing Arts
o Leiden University Centre for Linguistics
o Leiden University Institute for Area Studies
o Leiden University Institute for Cultural Disciplines
o Leiden University Institute for History
o Leiden University Institute for Philosophy
o Leiden University Institute for Religious Studies
• Law
o Institute for Public Law
o Institute for Criminal Law & Criminology
o Institute for the Interdisciplinary Study of the Law
o Institute for Tax Law and Economics
o International Tax Centre Leiden
o Research Institute
o Grotius Centre for International Legal Studies
o Cleveringa Institute
• Leiden University Medical Center (LUMC)
• Science
o Institute of Biology Leiden
o Institute of Environmental Sciences
o Leiden Amsterdam Center for Drug Research
o Leiden Institute of Advanced Computer Science
o Leiden Institute of Chemistry
o Leiden Institute of Physics
o Leiden Observartory
o Lorentz Center
o Nationaal Herbarium Nederland
o Mathematical Institute
• Social and Behavioural Sciences
o Institute of Cultural Anthropology and Developmental Sociology
o Institute of Education and Child Studies
o Institute of Political Science
o Institute of Psychology
o Institute of Public Administration
Research is primarily carried out in the various faculty and inter-faculty research institutes.
Other teaching units
Leiden University College The Hague
Campus The Hague
School of Education (teacher training)
Services and facilities
Leiden University offers a wide range of facilities in the fields of science, culture and sport. These facilities are open for students, staff and in many cases also for interested parties outside the University.
Overview
Overview of University facilities
University of OXFORD
There are four academic divisions within Oxford University. All have a full-time divisional head and an elected divisional board.
Humanities
Read more about the Humanities Division's world-class teaching and research across an unparalleled range of subjects.
Medical Sciences
Learn more about Oxford's aim to be the best university biomedical institution in Europe and among the top five in the world.
Mathematical, Physical & Life Sciences
Oxford's MPLS Departments have an international reputation for excellence. Find out more.
Social Sciences
Take a look at the largest grouping of social sciences in the UK, including the internationally ranked Law Faculty.
Student Life
• There are over 20,000 students at Oxford, including 11,765 undergraduates and 8,701 postgraduates.
• Oxford has one of the lowest drop-out rates in the UK: figures published in Spring 2010 by the Higher Education Statistics Agency (HESA) show that only 1 per cent of Oxford students dropped out, compared with the national average of 7.2 per cent.
• In the National Student Survey 2010, Oxford had an overall satisfaction rating of 93 per cent – the second-highest in the UK and well above the national average of 81 per cent. Students’ satisfaction ratings in individual categories are also excellent compared to the national average.
• 53 per cent of undergraduates are studying for degrees in the humanities and social sciences, and 44 per cent in the medical, mathematical, physical and life sciences. The remaining 3 per cent are studying for undergraduate level diplomas and certificates offered by the Department for Continuing Education.
• The tutorial is at the core of undergraduate teaching and learning at Oxford. It offers students a unique learning experience in which they meet regularly with their tutor, either on a one-to-one basis or with one or two other students.
• Undergraduates attend, on average, one hour-long tutorial every week and undertake a considerable number of hours’ preparatory work for each tutorial, including background reading, essay-writing and problem-solving.
• At graduate level, 36 per cent of students are studying for higher degrees in the medical, mathematical, physical and life sciences and 55 per cent in the humanities and social sciences. The remaining 9 per cent are studying for postgraduate certificates and diplomas offered by the Department for Continuing Education.
• Six months after graduation 93 per cent of students who graduated in the year ending July 2009 were employed or engaged in further study.
• Every year almost 15,000 people take part in courses offered by the Department for Continuing Education, making Oxford University one of the largest providers of continuing education in the UK.
Oxford Awards and Rankings
• Oxford’s academic community includes 80 Fellows of the Royal Society and 100 Fellows of the British Academy.
• In 2010, eight Oxford professors were elected to the Fellowship of the British Academy.
• In 2010, four Oxford professors were elected to the Fellowship of the Royal Society.
• In 2010, four Oxford professors were elected to the Fellowship of the Academy of Medical Sciences.
• The successes of Oxford’s academics are recognised regularly in the award of prestigious international prizes, such as the Gairdner Award for medical research, awarded in 2010 to Professor Peter Ratcliffe and Professor Nick White; the International Balzan Prize, awarded to Professor Terence Cave in 2009; the Louis-Jeantet Prize for Medicine, given to Professor Peter Ratcliffe in 2009; the Royal Society's Copley Medal, awarded in 2008 to Professor Sir Roger Penrose; the Gairdner Award for medical research, bestowed in 2007 on Professor Kim Nasmyth; and a Lasker Award for Clinical Medical Research, won in 2005 by Professor Sir Ed Southern.
• Oxford University has won seven Queen's Anniversary Prizes for Higher Education, more than any other university. The prizes were awarded to: the University's museums, libraries and archives (2009); the Oxford Dictionary of National Biography at Oxford University Press (2007), the Clinical Trial Service Unit (2005), the Refugee Studies Centre (2002), the Centre for Clinical Vaccinology & Tropical Medicine (2000), the Weatherall Institute of Molecular Medicine (1996), and Isis Innovation Ltd (1994).
• Oxford was ranked joint fifth in the world in the Times Higher Education Supplement’s World University Rankings 2009. In the disciplinary tables, Oxford was ranked second in the world in art and humanities and in life sciences and biomedicine; third in the social sciences; fifth in the natural sciences; and eleventh in engineering and information technology.
• Oxford is repeatedly ranked in the top ten of universities worldwide in the annual tables compiled by Shanghai Jiaotong University.
• In June 2010, the annual Times Good University Guide named Oxford Britain’s top university for the ninth year running.
• In May 2010, Oxford University topped The Guardian’s UK rankings for the sixth consecutive year.
• In May 2010, Oxford topped The Independent's league table for the eighth time in nine years.
• In September 2009, Oxford University was ranked first in the UK by the annual Sunday Times Good University Guide, completing a clean sweep of British national newspaper league tables for 2009. The Sunday Times also named Oxford University of the Year.
• In the Financial Times Global Rankings (Jan 2010), the Saïd Business School's MBA programme was ranked 16th in the world and second in the UK. The Saïd Business School is also ranked in the top 20 European Business Schools (Dec 2009) and in the top 20 MBA programmes in the world (Jan 2009) by the Financial Times; the top 10 business schools outside the USA by Business Week (Nov 2009) and the top 15 accelerated MBA programmes worldwide by the Wall Street Journal (Sep 2009).
Living Life Impact
Since its establishment in 1874 the University of Adelaide has been amongst Australia's leading universities. Its contribution to the wealth and wellbeing of South Australia and Australia as a whole - across all fields of endeavour - has been enormous.
Studying at the University of Adelaide means being part of a rich tradition of excellence in education and research, with world-class academic staff and a vibrant student life.
Adelaide has a fine tradition of exemplary scholarship and ground-breaking research, and its unique relationship with industry and other organisations ensures that our research expertise is translated into tangible benefits for the global community.
Adelaide's research is at the leading edge of knowledge, with research earnings consistently the highest per capita of any university in Australia. Analysis of the impact of publications and citations shows that the University of Adelaide is ranked in the top 1% in the world in 11 research fields.
An innovative and forward-looking University, Adelaide has major strengths in wine and food, health sciences, biological sciences, physical sciences, information technology and telecommunications, environmental sciences and social sciences.
At the heart of the University's vision, achievement and impact is our commitment to excellence, our sense that a focus on the experience of the student is fundamental, and our belief that research intensity and innovative, high quality teaching have a symbiotic relationship that underpins and characterises the finest universities in the world.
We are committed to producing graduates recognised worldwide for their creativity, knowledge and skills, as well as their culture and tolerance. Our graduates make an impact on the world. Life Impact.
Mission
To be recognised internationally as a great research university and an Australian leader in research and teaching excellence, committed to the positive impact we can have on the lives of our students, staff and alumni as well as the local, national and international communities.
Welcome to our Faculties & Divisions
The University of Adelaide has a long tradition of both research and educational excellence. Since 1874, the University has played an important role nationally and internationally in a variety of research fields and in educating students from Australia and around the world.
We are a member of the Group of Eight - Australia's leading universities in teaching, research and scholarship.
Today, the University of Adelaide continues to deliver on quality of learning and teaching and service to its community. The University is organised into five academic Faculties and four administrative Divisions.
Faculties & Schools
[more information]
• Faculty of Engineering, Computer & Mathematical Sciences
• Faculty of Health Sciences
• Faculty of Humanities & Social Sciences
• Faculty of the Professions
• Faculty of Sciences
Divisional Heads
[more information]
• Vice-Chancellor & President
• Deputy Vice-Chancellor & Vice-President (Academic)
• Deputy Vice-Chancellor & Vice-President (Research)
• Vice-President (Services & Resources)
Research Structure
[more information]
• University Institutes
• University Centres
• National Centres
• Research Precincts
Under graduate program
2011
Engineering, Maths, and Computer Science
Computer Science | Engineering | Mathematical Sciences | Innovation and Entrepreneurship
Health Sciences
Dentistry and Oral Health | Health Sciences | Medicine | Nursing | Psychology
Humanities & Social Sciences
Arts | Development Studies | Environmental Policy and Management | Indigenous Programs | International Studies | Media | Music | Social Sciences
Sciences
Agriculture | Science
Professions
Architecture, Landscape Architecture, Urban Design | Business, Economics & Finance | Education | Law
RWTH Aachen University
Services and Contacts
Main Address
• RWTH Aachen University
Templergraben 55
52056 Aachen (mailing address)
Germany
• Phone: +49 241 80-1
• Fax: +49 241 80-22100
Maps and Directions
Getting to RWTH Aachen University
Adresses and Contacts
• Main Contacts
• RWTH CAMPUS Directory
• Emergency Numbers
• Telefax, Telex, Telegramme
• Web Officers
Online Services
• Dacor Cooperation Database
• Forms Database
• Job Search
• Service for Workshop Facilities
• Phone Enquiries
Faculties
F 1 - Faculty of Mathematics, Computer Science and Natural Sciences
• Faculty Profile
• Dean's Office - Professors
• Department of Biology
• Department of Chemistry
• Department of Computer Science
• Department of Mathematics
• Department of Physics
F 2 - Faculty of Architecture
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 3 - Faculty of Civil Engineering
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Departments, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 4 - Faculty of Mechanical Engineering
• Dean´s Office
• Institutes and Chairs, including Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 5 - Faculty of Georesources and Materials Engineering
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institute, Chairs, Research Areas
• Professors
F 6 - Faculty of Electrical Engineering and Information Technology
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 7 - Faculty of Arts and Humanities
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Departments, and other Institutions
• Professors
• (Faculty) Student Councils (Fachschaften)
F 8 - Faculty of Business and Economics
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Institutes, Chairs, Research Areas
• Professors
• (Faculty) Student Council (Fachschaft)
F 10 - Faculty of Medicine
• Faculty Profile
• Dean's Office
• Clinical Departments
• Institutes
• Research and Teaching Divisions
• Professors
• (Faculty) Student Councils (Fachschaften)
Academic Programmes
Courses and Programmes
• Bachelor/Master Scheme
• Courses and Programmes
Undergraduate Studies
• Bachelor - Undergraduate Studies
• B.A. Bachelor of Arts
• B.Sc. Bachelor of Science
Graduate Studies
• Master - Graduate Studies
• Consecutive Master's Degree Programmes
• Non-Consecutive Master's Degree Programmes
• M.A. - Master of Arts
• M.Sc. - Master of Science
Postgraduate Studies - Doctorate
• Doctoral Studies
• Application to Doctoral Studies
• Recognition of International Degrees
• Center for Doctoral Studies
Online Application
• Undergraduate and German-taught Master's Programmes (link in German)
• International Master's Programmes
Leiden University
The first university in the Netherlands, founded 8 February 1575
Motto: Praesidium Libertatis, Bastion of Liberty
International research university
11 Research profile areas
13 Honours Classes
Pre-University College
Campus The Hague
Leiden University College The Hague
Member of the League of European Research Universities, a partnership with other prominent research universities
49 bachelor's programmes
95 master's programmes
18,026 students
3,938 staff
Faculties
Leiden University has 6 faculties, which are responsible for the principal tasks of the University, providing education and performing research:
• Archaeology
Undergraduate School (in Dutch)
Graduate School
• Humanities
o Leiden University Academy of Creative and Performing Arts
o Leiden University Centre for Linguistics
o Leiden University Institute for Area Studies
o Leiden University Institute for Cultural Disciplines
o Leiden University Institute for History
o Leiden University Institute for Philosophy
o Leiden University Institute for Religious Studies
• Law
o Institute for Public Law
o Institute for Criminal Law & Criminology
o Institute for the Interdisciplinary Study of the Law
o Institute for Tax Law and Economics
o International Tax Centre Leiden
o Research Institute
o Grotius Centre for International Legal Studies
o Cleveringa Institute
• Leiden University Medical Center (LUMC)
• Science
o Institute of Biology Leiden
o Institute of Environmental Sciences
o Leiden Amsterdam Center for Drug Research
o Leiden Institute of Advanced Computer Science
o Leiden Institute of Chemistry
o Leiden Institute of Physics
o Leiden Observartory
o Lorentz Center
o Nationaal Herbarium Nederland
o Mathematical Institute
• Social and Behavioural Sciences
o Institute of Cultural Anthropology and Developmental Sociology
o Institute of Education and Child Studies
o Institute of Political Science
o Institute of Psychology
o Institute of Public Administration
Research is primarily carried out in the various faculty and inter-faculty research institutes.
Other teaching units
Leiden University College The Hague
Campus The Hague
School of Education (teacher training)
Services and facilities
Leiden University offers a wide range of facilities in the fields of science, culture and sport. These facilities are open for students, staff and in many cases also for interested parties outside the University.
Overview
Overview of University facilities
University of OXFORD
There are four academic divisions within Oxford University. All have a full-time divisional head and an elected divisional board.
Humanities
Read more about the Humanities Division's world-class teaching and research across an unparalleled range of subjects.
Medical Sciences
Learn more about Oxford's aim to be the best university biomedical institution in Europe and among the top five in the world.
Mathematical, Physical & Life Sciences
Oxford's MPLS Departments have an international reputation for excellence. Find out more.
Social Sciences
Take a look at the largest grouping of social sciences in the UK, including the internationally ranked Law Faculty.
Student Life
• There are over 20,000 students at Oxford, including 11,765 undergraduates and 8,701 postgraduates.
• Oxford has one of the lowest drop-out rates in the UK: figures published in Spring 2010 by the Higher Education Statistics Agency (HESA) show that only 1 per cent of Oxford students dropped out, compared with the national average of 7.2 per cent.
• In the National Student Survey 2010, Oxford had an overall satisfaction rating of 93 per cent – the second-highest in the UK and well above the national average of 81 per cent. Students’ satisfaction ratings in individual categories are also excellent compared to the national average.
• 53 per cent of undergraduates are studying for degrees in the humanities and social sciences, and 44 per cent in the medical, mathematical, physical and life sciences. The remaining 3 per cent are studying for undergraduate level diplomas and certificates offered by the Department for Continuing Education.
• The tutorial is at the core of undergraduate teaching and learning at Oxford. It offers students a unique learning experience in which they meet regularly with their tutor, either on a one-to-one basis or with one or two other students.
• Undergraduates attend, on average, one hour-long tutorial every week and undertake a considerable number of hours’ preparatory work for each tutorial, including background reading, essay-writing and problem-solving.
• At graduate level, 36 per cent of students are studying for higher degrees in the medical, mathematical, physical and life sciences and 55 per cent in the humanities and social sciences. The remaining 9 per cent are studying for postgraduate certificates and diplomas offered by the Department for Continuing Education.
• Six months after graduation 93 per cent of students who graduated in the year ending July 2009 were employed or engaged in further study.
• Every year almost 15,000 people take part in courses offered by the Department for Continuing Education, making Oxford University one of the largest providers of continuing education in the UK.
Oxford Awards and Rankings
• Oxford’s academic community includes 80 Fellows of the Royal Society and 100 Fellows of the British Academy.
• In 2010, eight Oxford professors were elected to the Fellowship of the British Academy.
• In 2010, four Oxford professors were elected to the Fellowship of the Royal Society.
• In 2010, four Oxford professors were elected to the Fellowship of the Academy of Medical Sciences.
• The successes of Oxford’s academics are recognised regularly in the award of prestigious international prizes, such as the Gairdner Award for medical research, awarded in 2010 to Professor Peter Ratcliffe and Professor Nick White; the International Balzan Prize, awarded to Professor Terence Cave in 2009; the Louis-Jeantet Prize for Medicine, given to Professor Peter Ratcliffe in 2009; the Royal Society's Copley Medal, awarded in 2008 to Professor Sir Roger Penrose; the Gairdner Award for medical research, bestowed in 2007 on Professor Kim Nasmyth; and a Lasker Award for Clinical Medical Research, won in 2005 by Professor Sir Ed Southern.
• Oxford University has won seven Queen's Anniversary Prizes for Higher Education, more than any other university. The prizes were awarded to: the University's museums, libraries and archives (2009); the Oxford Dictionary of National Biography at Oxford University Press (2007), the Clinical Trial Service Unit (2005), the Refugee Studies Centre (2002), the Centre for Clinical Vaccinology & Tropical Medicine (2000), the Weatherall Institute of Molecular Medicine (1996), and Isis Innovation Ltd (1994).
• Oxford was ranked joint fifth in the world in the Times Higher Education Supplement’s World University Rankings 2009. In the disciplinary tables, Oxford was ranked second in the world in art and humanities and in life sciences and biomedicine; third in the social sciences; fifth in the natural sciences; and eleventh in engineering and information technology.
• Oxford is repeatedly ranked in the top ten of universities worldwide in the annual tables compiled by Shanghai Jiaotong University.
• In June 2010, the annual Times Good University Guide named Oxford Britain’s top university for the ninth year running.
• In May 2010, Oxford University topped The Guardian’s UK rankings for the sixth consecutive year.
• In May 2010, Oxford topped The Independent's league table for the eighth time in nine years.
• In September 2009, Oxford University was ranked first in the UK by the annual Sunday Times Good University Guide, completing a clean sweep of British national newspaper league tables for 2009. The Sunday Times also named Oxford University of the Year.
• In the Financial Times Global Rankings (Jan 2010), the Saïd Business School's MBA programme was ranked 16th in the world and second in the UK. The Saïd Business School is also ranked in the top 20 European Business Schools (Dec 2009) and in the top 20 MBA programmes in the world (Jan 2009) by the Financial Times; the top 10 business schools outside the USA by Business Week (Nov 2009) and the top 15 accelerated MBA programmes worldwide by the Wall Street Journal (Sep 2009).
Sabtu, 09 Oktober 2010
coba lo tau ka. bag. V.
setelah acara itu, emm sepertinya aku udah mulai jarang ngeliat dia di sekolah. yyy, dia emang udah jarang lagi ke sekolah. dan aku mulai biasa buat ga mikirin dia. aku cuma tau dia pindah n rumahnya lumayanlah deket.hehe
kelas XI aku lewatin dengan berusaha nyoba lupain dia dengan berbagai aktifitas. yaya, aku udah ga terlalu mikirin dia. waktu dia ultah, aku udah bangun dari jam 00.00 tapi aku ga berani sms en baru sms jam 3'an. hem. hehe. aku ga mau dia mikir yang macemmacem k aku.
kelas XI aku lewatin dengan berusaha nyoba lupain dia dengan berbagai aktifitas. yaya, aku udah ga terlalu mikirin dia. waktu dia ultah, aku udah bangun dari jam 00.00 tapi aku ga berani sms en baru sms jam 3'an. hem. hehe. aku ga mau dia mikir yang macemmacem k aku.
Langganan:
Postingan (Atom)